Mentoring Beasiswa Online – Jika kuliah ke luar negeri adalah salah satu goal jangka pendekmu, maka akan lebih baik jika dipersiapkan sedini mungkin. Banyak hal yang mungkin sudah dipersiapkan entah dari jurusan kuliah, negara, biaya kuliah, biaya hidup, belajar bahasa, atau bahkan mencari info beasiswa. Eits, tapi jangan sampai dari banyak hal tersebut, justru kamu melupakan satu hal yang sangat penting yaitu mendapatkan restu orang tua. Bagaimanapun, restu orang tua adalah restu Tuhan. Semua orang yang sukses tak luput dari orang-orang yang mendoakannya. Sudahkah kamu mendapatkannya? Jika belum dan masih bingung bagaimana cara meyakinkan kedua orang tua agar mengijinkan kita kuliah di luar negeri, baca artikel ini sampai selesai ya! Baca juga Panduan Beasiswa MancanegaraKuliah di Korea Selatan? Daftar Beasiswa KGSP Aja!Kuliah S1 Gratis di Inggris? Daftar Beasiswa Jardine 2022 Aja!Beasiswa S-1 di Hong Kong Baptist University, Yuk Daftar!Mahasiswa Seni, Saatnya Kuliah di Korea Selatan dengan K’ARTS Korea 2021Beasiswa GIST Scholarship untuk kuliah S2 S3 di Korea Selatan Susun Rencana Hidup Secara Jelas Meraih impian berkuliah di luar negeri tentu membutuhkan effort yang tidak mudah, sehingga memiliki tujuan yang jelas menjadi hal yang sangat krusial. Jangan sampai tujuannya tidak jelas seperti karena gengsi, ikut-ikutan saja, atau cuma pengen aja. Hmmm, hampir dipastikan SIM Surat Ijin Merantau dari orang tua nggak bakalan keluar. Tips pertama yang bisa kamu lakukan adalah coba susun secara rinci alasan dan tujuan kuliah di luar negeri itu apa saja. Seberapa besar urgensinya sehingga tujuan kuliah di luar negeri menjadi sebuah mimpi yang kuat. Sampaikan Secara Perlahan Kepada Orang Tua Setelah motivasi dan tujuan sudah jelas, coba dekati mereka dan bicarakan hal tersebut secara berkala. Maksudnya, jangan dadakan atau egois, misalnya, “Pokoknya maunya lanjut studi di luar negeri. Titik.” Hindari bersikap seperti itu, saat menyampaikan, lebih baik posisikan diri kamu dari sudut pandang mereka. Agar orang tuamu pun bisa berpikiran yang sama dengan apa yang kamu ungkapkan. Memberi Gambaran Prospek Kerja yang Bagus Jika ingin kuliah di luar negeri, kamu tidak cukup mengatakan bahwa, misalnya “Aku ingin jadi ahli matematika saja”. Kamu juga harus jelaskan bagaimana potensi profesi yang kamu inginkan tersebut di masa depan, seberapa luas lapangan pekerjaan yang tersedia nantinya jika kamu menjadi lulusan di bidang tersebut, dan jelaskan pula keunggulan kampus yang kamu inginkan dibandingkan kampus yang ada di dalam negeri. Misalnya, meskipun Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam sudah memiliki tempat tersendiri di Indonesia, tapi karena kamu ingin beberapa langkah berada di depan, kamu ingin kuliah di Amerika Serikat. Alasannya, karena Amerika punya kurikulum STEM Science, Technology, Engineering, and Math yang bisa jadi acuan standar pembelajaran MIPA terkeren sedunia. Lalu, coba pikirkan lagi, apa sih tujuan kamu kuliah sampai ke luar negeri? Apakah karena prospek kerja yang cemerlang? Kalau iya, inilah saatnya menyampaikannya kepada orang tua. Tidak hanya prospek kerja namun kesempatan mengembangkan karier yang lebih luas, bukan tidak mungkin kamu akan mendapatkan tawaran pekerjaan bergengsi di luar negeri bukan? Tapi tetap saja, memberi janji yang muluk-muluk juga diikuti dengan usaha keras agar tidak mengecewakan mereka. Menunjukkan Sikap Bahwa Kamu Bertanggung Jawab Tips meyakinkan orang tua selanjutnya adalah menunjukkan bahwa kamu bisa dipercaya dan bertanggung jawab atas diri sendiri. Tunjukkan bahwa kamu tidak akan mudah terpengaruh dengan pergaulan bebas yang ada di luar negeri. Yakinkan pada orang tua bahwa kamu pergi merantau hanya ingin fokus mengenyam pendidikan. Jika kamu bisa menunjukkan sikap demikian, maka orang tua akan berusaha yakin dan menyetujui kemauanmu. Tak hanya itu saja, kamu juga harus tunjukkan bahwa kamu bisa bertanggung jawab mengurus dirimu sendiri selama di sana. Yakinkan orang tua bahwa kamu memang bisa dipercaya dalam segala hal. Mengubah image buruk yang dimiliki selama ini juga penting seperti sikap bergantung pada orang lain yang terlalu berlebihan, plin-plan, dan manja. Meminta Bantuan Teman yang Dipercaya Orang Tua untuk Membantu Meyakinkan Bisanya dengan adanya second opinion, maka orang tua akan lebih bisa mempertimbangkan keinginanmu. Hal ini sebenarnya tak hanya mencakup urusan keinginan untuk kuliah di luar negeri saja tetapi juga mencakup hal-hal lainnya. Jika kamu memiliki teman atau kerabat yang opininya selalu dipercaya oleh orang tua, maka tak ada salahnya meminta bantuan kepada mereka untuk membujuk orang tuamu. Jika pilihan untuk kuliah di luar negeri dinilai tidak masuk akal oleh orang tuamu, opini dari kerabat atau temanmu akan membuat mereka berpikir bahwa pilihanmu sebenarnya tidak seburuk itu. Mulai Tunjukkan Persiapan yang Sudah Kamu Lakukan Sejauh ini apa saja yang sudah kamu persiapkan, apakah kamu sudah begitu gigih mencari info beasiswa, mencari tau estimasi biaya hidup, dan giat belajar? Kalau belum, segera lakukan Pastikan dulu kemampuan bahasa Inggris kamu sudah mumpuni, kalau belum, jangan khawatir karena kamu bisa belajar bahasa Inggris secara online di Program Kursus Bahasa Mulailah dengan meningkatkan kemampuan percakapan bahasa Inggris di Kursus Speaking Lalu, perdalam lagi persiapan kamu untuk tes IELTS secara online di sini Kursus Ielts Online. Semakin baik persiapan yang kamu lakukan, semakin besar peluang restu orang tua kamu dapatkan. Apalagi setelah kamu mengikuti kursus persiapan kuliah di luar negeri di University Preparation English Course. Beri Waktu untuk Orang Tua Berpikir Setelah kamu menyampaikan keinginanmu untuk kuliah di luar negeri, kamu tidak bisa langsung meminta jawaban secara terburu-buru. Jangan pernah memaksa mereka buat langsung atau segera kasih jawaban karena jika demikian kamu malah tidak akan pernah diberikan izin. Kamu harus memberikan waktu kepada orang tua untuk berpikir, misalnya menunggu beberapa jam atau beberapa hari supaya mereka bisa berpikir dengan tenang dan akhirnya memberikan keputusan. Sampaikan juga bahwa kamu siap jika mereka masih punya pertanyaan atau hal-hal lain yang ingin disampaikan di lain hari supaya bisa menambah pertimbangan mereka. Jika kamu terlalu memaksa orang tua dalam memutuskan hal penting seperti ini secara tergesa-gesa, kemungkinan kecil kamu akan diberikan izin untuk kuliah di luar negeri. Namun, jika kamu bisa belajar bersabar dan menunggu tak menuntut kemungkinan bahwa kamu akan diperbolehkan untuk kuliah di luar negeri. Oleh karena itu, berikanlah waktu untuk orang tuamu berpikir. Meskipun jangka waktunya mungkin cukup lama, namun optimislah bahwa kamu akan mendapatkan jawaban seperti apa yang kamu inginkan selama ini. Semangat!
Jenisakomodasi siswa di luar negeri. a) Asrama yang disediakan oleh universitas Begini Cara Orang Korea Merayakan Hari Valentine Read More 08. Feb. 2022. 5 Cara Agar Bisa Kuliah Gratis atau Murah di Luar Negeri Cara Mudah Mencari Tempat Magang di Seoul untuk Foreigners Read More 25. Jun. 2021. 7 Stasiun Kereta Api Terbengkalai yangWhat is the American English word for ""orang tua angkat""?More "Adopsi dan Pengasuhan" Vocabulary in American EnglishExample sentencesAmerican EnglishI am an adoptive parent; all three of our kids are to say ""orang tua angkat"" in American English and in 45 More fogadó szülőCastilian Spanishel padre adoptivo o la madre adoptivaItalianil genitore adottivoGermandas AdoptivelternteilBrazilian Portugueseo pai adotivoSwedishen adoptivförälderTagalognag-ampon na magulangVietnamesengười nhận nuôiBritish Englishadoptive parentMexican Spanishel padre adoptivo o la madre adoptivaEuropean Portugueseos pais adotivosOther interesting topics in American EnglishReady to learn American English?Language Drops is a fun, visual language learning app. Learn American English free more words like "adoptive parent" with the DropsDrops Courses
7Cara Mendapatkan Liburan Gratis. Ini 7 cara mendapatkan liburan gratis di luar negeri. 1. Ikut Beasiswa. Bagi kamu yang masih duduk di bangku kuliah namun ingin liburan gratis luar negeri bisa menjadi beasiswa hunter. Ya, program ini kerap kali menjadi batu sandungan bagi mereka yang ingin merasakan liburan bahkan hidup di luar negeri.
Meminta Izin Orang Tua ke Luar Negeri Saya banyak menerima curhatan dari para pembaca, tentang sikap orang tua yang menentang habis-habisan keinginan mereka untuk hijrah ke luar negeri dan jadi au pair. Tidak ada yang salah dengan luar negerinya, yang dianggap salah adalah tujuan sebagai au pair. Tidak dipungkiri, au pair memang belum dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Belum lagi saat tahu kalau au pair tugasnya membersihkan rumah dan mengurus anak. Wah, posisi au pair betul-betul akan disamakan dengan pembantu. Meskipun sudah dua kali jadi au pair dan tiga tahun tinggal di luar negeri, saya juga tetap menghadapi kendala luar biasa, terutama soal restu orang tua. Karena ayah saya sudah tidak ada, jadi persoalan izin tentunya harus dibicarakan ke ibu. Jujur saja, ibu saya termasuk orang tua yang cukup konservatif dan tidak terlalu berharap saya hijrah ke luar negeri. Untuk sampai diizinkan ke luar negeri pun, saya sampai harus tangis-tangisan dan kena hinaan dulu. Hehe. Saat mengurus dokumen jadi au pair ke Belgia, ibu saya masih membantu membiayai urusan visa di Jakarta. Tapi saat akan ke Denmark, saya sengaja untuk tidak meminta bantuan sepeser pun karena jelas tahu tidak akan diperbolehkan. Jeleknya, saya ini anaknya keras kepala dan nekad. Niatnya dulu memang tetap akan pergi, meskipun tidak diizinkan yang ini jangan ditiru!. Bayangkan saja, tidak hanya ibu, keluarga besar saya dari pihak ibu ikut campurnya juga keterlaluan. Dari nenek, tante, sampai om, semuanya merendahkan keinginan saya ini. Beruntung sekali, masih ada beberapa keluarga dan teman yang tetap mendukung saya hijrah ke luar negeri. Kembali ke topik! Jadi sebenarnya, saya mengerti betul mengapa para keluarga Indonesia menentang habis-habisan niat kita menjadi au pair keluar negeri. Selain tidak ada statusnya, orang tua kadang mentah-mentah menelan makna au pair sebagai TKW. Padahal pengalaman jadi au pair is far from being a maid dan mereka tidak tahu saja enaknya jadi au pair. Beruntunglah kalian yang memiliki orang tua free-minded yang membebaskan si anak memilih sendiri jalan hidupnya. Sayangnya, banyak juga impian anak terhempas gara-gara terhadang restu orang tua. Lalu bagaimana meyakinkan orang tua agar diperbolehkan ke luar negeri barang satu sampai dua tahun? 1. Ganti kata-kata au pair dengan exchange culture Saya jarang sekali menggunakan kata-kata au pair untuk menjelaskan status saya di Eropa ke orang-orang di Indonesia. Mengapa? Karena dijelaskan sedetail mungkin pun percuma, mereka tidak akan mengerti. Boro-boro mengerti, yang ada malah kita direndahkan. Jadi, daripada repot-repot menjelaskan pengertian au pair ke orang-orang terdekat, baiknya mengganti kata-kata tersebut dengan ajang pertukaran budaya. Bukankah tujuan utama memang pertukaran budaya dengan keluarga angkat? 2. Tekankan kalau au pair ini sifatnya sponsorship Orang tua pasti akan bertanya-tanya bagaimana keuangan kita selama di luar negeri. Bukan apa, kadang ada juga orang tua yang melarang karena merasa tidak punya uang membiayai si anak. Jelaskan saja ke orang tua kalau au pair ini sebenarnya berbeda dari jenis pertukaran budaya yang diadakan banyak tempat kursus di Indonesia. Sebenarnya, kitalah yang harus membayar ke keluarga angkat kalau ingin tinggal di rumah mereka. Tapi, au pair sifatnya sponsorship, artinya kita tidak perlu membayar apapun lagi untuk tinggal, kecuali biaya visa dan tiket pesawat jika ada, karena semua sudah ditanggung. Lebih bagus lagi kalau dapat keluarga royal yang bersedia membiayai tiket pesawat hingga biaya kursus, artinya kita bisa menjelaskan kalau going overseas is almost free! 3. Au pair juga tujuannya belajar Satu hal yang kamu mesti tekankan ke orang tua, au pair tujuannya adalah belajar bahasa. Selain bertukar budaya, si au pair juga wajib mengikuti kursus bahasa setempat sebagai bagian dari exchange culture itu sendiri. Dengan begini, orang tua juga sedikit lega karena mendengar si anak akan menempuh pendidikan meskipun hanya sebatas short course. Jangan lupa sekalian beri tahu kalau kita bisa juga mendapatkan sertifikat selepas lulus ujian bahasa. Jadi status kita di luar negeri hampir bisa disamakan dengan para mahasiswa yang kuliah di sana. 4. Kamu boleh kerja part-time Jangan duluan menceritakan au pair itu sebenarnya pekerjaan yang mewajibkan kamu menjaga anak dan bersih-bersih rumah host family. That's totally wrong! Agar orang tua lega kamu bakalan baik-baik saja di negara orang, kita juga mesti menekankan kalau au pair ini sifatnya fleksibel. Jadi selain pertukaran budaya dan belajar bahasa, kita juga boleh mengambil kerja paruh waktu yang gajinya lumayan untuk uang jajan. Pekerjaan ini bisa dimulai dari merawat bayi, mengasuh anak, jadi guru bahasa, ataupun tukang masak keluarga. Tegaskan ke keluarga kalau pekerjaan ini hanya maksimal 5-6 jam, jadi tidak perlu khawatir akan disamakan dengan pembantu. 5. Jalan-jalan dan bersosialisasi Selain ke-4 penjelasan di atas, kamu juga boleh meyakinkan orang tua kalau au pair bisa jadi kesempatan kamu untuk berkeliling Eropa atau Australia dengan biaya yang super murah. Bayangkan kalau kamu menetap di Indonesia, meskipun harus menabung, entah beberapa tahun kemudian baru bisa kesana. Iya, kalau betul-betul kejadian. 6. Kesempatan melanjutkan pendidikan Banyak sekali, lho, mantan au pair yang meneruskan pendidikan mereka hingga S2 setelah masa au pair selesai. Cara ini bisa kamu manfaatkan juga untuk meyakinkan orang tua sekiranya mereka belum juga bisa percaya. Katakan saja kalau kamu memang punya mimpi sekolah keluar negeri sekaligus membanggakan mereka. Cari beasiswa, saingannya banyak. Jadi, siapa tahu selesainya au pair ini, kamu bisa mencari cara masuk ke kampus favorit dengan tabungan hasil au pair. Kampus di Belgia, Jerman, ataupun Prancis menawarkan uang kuliah yang cukup terjangkau bagi mahasiswa yang sekolah dengan mengambil kelas bahasa setempat. Sementara Norwegia, masih memberlakukan uang kuliah gratis bagi seluruh kewarganegaraan yang berniat sekolah disana. 7. Pengalaman dan motivasi Yakinlah, faktanya, banyak juga orang tua yang tetap keukeuh dengan jalan pikiran mereka sendiri dan melarang anaknya jadi au pair. Meskipun sudah dijelaskan sampai mulut berbusa sekali pun, banyak orang tua yang berusaha tutup telinga dan bersikeras menyuruh anaknya stay di Indonesia. Kalau sudah begini, kamu tetap harus berkepala dingin dan santai menghadapi mereka. Jangan saling lempar emosi hingga harus tangis-tangisan seperti saya dulu. Huhu. Walau bagaimana pun, komunikasi yang baik juga perlu. Orang tua juga bisa diyakinkan kalau au pair bisa dijadikan pengalaman yang HANYA akan didapatkan oleh anak-anak muda seumur kita. Jadi jangan takut kalau kita akan pergi jauh, karena toh hanya satu hingga dua tahun. Jelaskan juga kalau kita bisa berhemat, uang saku dari kerja paruh waktu sebagai au pair bisa ditabung dan dimanfaatkan untuk berinvestasi di Indonesia. Jumlahnya memang tidak banyak, namun setidaknya pola pikir dan mental kita bisa terbentuk jika tinggal mandiri di negara orang. Gaes, saya juga percaya restu Tuhan adalah restu orang tua. Tapi yakinlah dan ikuti kata hati, kita juga berhak mengejar mimpi dan cita-cita. Jangan sampai "tameng" restu orang tua menghadang impian kita meraih masa depan. Berdoa saja semoga hati orang tua dilembutkan dan semoga kesempatan jadi au pair adalah hal terbaik bagi kita.
KZYhyIW.