membedakanperilaku baik dan buruk Dapat berdoa, bersyair, dan menyanyikan lagu-lagu perbuatan benar dan sala Member dan menjawab salam Mengucapkan terimakasih, maaf meronce dengan berbagai media mewarnai gambar matahari mewarnai gambar planet (SENI) memiliki perilaku yang menciptakan

jika cara terbaik untuk belajar adalah dengan membuat kesalahan Anda harus menjadi konsep kaos yang jeniusBir membuat semuanya lebih baik desain kaospembuat jam tua sedang memperbaiki jamilustrasi yang digambar tangan dari dua teman baik yang membuat manusia saljucoffeeeeee membuat vektor desain kaos segalanya lebih baik dengan mockupKenangan terbaik dibuat berkemahAnda seorang tukang kayu membuat desain kaos grandpas terbaikpengusaha memegang pensil besar dan membuat keputusan yang baik untuk memberi tanda centang pada kertas besarrekrut emotikon guru untuk membuat ilustrasi yang lebih baikilustrasi yang digambar tangan dari dua teman baik yang membuat manusia saljugulir sederhana dan indah perbuatan baik perbatasan elemen dekoratifPerbuatan baik desain font kreatif duniaPaket ekspresi maskot tahun babi membuat ilustrasi mimpi yang baikCara Membuat Bos Yang Baikhidup lebih baik dengan desain kaos sepeda vintageTemplate desain logo huruf i gradien yang menakjubkan dan terbaikkarakter bisnis bingung membuat keputusan pentingelemen grafis vektor logo surat terbaiktampilan belakang manusia membuat keputusan bisnisberkat bahasa koleksi ilustrasi kartun daquan hal-hal baik terjadipekerja konstruksi memperbaiki jalanpekerja renovasi memperbaiki apartemensatu ember logam kosong temukan pilihan terbaik di pikbestcom"pai panas yang mengidam-idamkan menggoda dan kebaikan berkerak untuk pecinta makanan""desain logo ramping dan chic untuk salon kecantikan rambut yang membuat pernyataan"vektor ilustrasi kecerdasan buatan stereo isometrikibu membuat pangsit gaya mbe elemen adegan kecilberburu bebek membuat saya bahagia t shirtilustrasi pengalaman kecerdasan buatan vrselamat gaya cina untuk membuat artileri keberuntungansusu kacang macan buatan sendiriresep selai terong buatan sendiritugas barista memilih infografik pastel yang terbaikdesain kaos kucing terbaik vektor desain trendi warna pink 2020ilustrasi vektor datar koki menyiapkan makanan dengan baik untuk pembeli di restoranorang yang bijaksana membuat pilihan yang sulit antara dua pilihanSaya dibuat untuk berselancar tshirtfestival pertengahan musim gugur membuat ilustrasi tema reuni kue bulankecocokan yang dibuat dalam teks tema surgailustrasi vektor datar koki menyiapkan makanan dengan baik untuk pembeli di restoranilustrasi vektor datar koki menyiapkan makanan dengan baik untuk pembeli di restoranilustrasi vektor datar koki menyiapkan makanan dengan baik untuk pembeli di restoranilustrasi vektor datar koki menyiapkan makanan dengan baik untuk pembeli di restorancovid 19 home adalah tempat teraman terbaik stay home stay safe t shirt designkecocokan yang dibuat dalam teks tema surgaSebuah pertandingan yang dibuat di surgaDewa kekayaan bintang awan keberuntungan berharap yang terbaik untuk Andatemukan varietas dan topping sandwich klub terbaikHow do you like the search results?Thank you for your Feedback!

Artinya Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Maka bila sifat itu memunculkan perbuatan baik dan terpuji menurut akal dan syariat maka sifat itu disebut akhlak yang baik, dan bila yang muncul dari sifat itu perbuatan-perbuatan buruk maka disebut akhlak yang buruk.
Semua gambarFotosIlustrasiVektorVideoMusikEfek suaraGIFPenggunaOpsi PencarianMediaFotosIlustrasiVektorVideoMusikEfek suaraGIFMenemukanPilihan editorKoleksi TerkurasiGambar PopulerVideo PopulerMusik PopulerPencarian PopulerKomunitasKreatorForumBlogKameraTentangTentang KamiFAQRingkasan LisensiSyarat-syarat servisPrivasiKebijakan CookieAPIČeštinaDanskDeutschEnglishEspañolFrançaisIndonesiaItalianoMagyarNederlandsNorskPolskiPortuguêsRomânăSlovenčinaSuomiSvenskaTürkçeViệtไทยБългарскиРусскийΕλληνική日本語한국어简体中文Semua gambarFotosIlustrasiVektorVideoGIFMusikEfek suaraSemuaDatarTegakLebih besar darixLatar belakang transparanHitam dan putihSemua< 24 jam< 72 jam< 7 hari< 6 bulan< 12 bulanSafeSearchTerkiniPilihan editorSedang trenPaling relevan tanda buruk stres sekolah nilai-nilai buruk stres ujian akademik stresGambar tajaan iStock LIMITED DEAL 20% off with PIXABAY20 couponSee more on iStock Gambar-gambar bebas royaltiumpan balik pendapatmawar merah mudapenangkap mimpi mimpisurga neraka sebaliknyapatah bisnis memantauBerhenti Anak-Anak Bun... smilies emoticontanda buruk siswamulut pria senyumstop remaja bunuh dirikamp konsentrasiputih pink rosepengumuman pesanBerhenti Anak-Anak Bun... Berhenti Anak-Anak Bun... Berhenti Anak-Anak Bun... smartphone rusak cacatgunung lokasi konstruksikucing tidur satwaBerhenti Anak-Anak Bun... Beku Air Mata Di Keret... penangkap mimpi mimpimoral kompas moralhari malampolarisasi berlawanantanda-tanda baik salahibu jari tangan turunsmilies emoticonyin yang dan yin yangyin yang baik dan burukBerhenti Anak-Anak Bun... stop remaja bunuh dirithumbs upBerhenti Anak-Anak Bun... stop bunuh diri anakBerhenti Anak-Anak Bun... stop remaja bunuh dirimulut pria seriusBerhenti Pemuda Bunuh ... gas alam kendaraanrem kampas remBerhenti Anak-Anak Bun... kamp konsentrasistop remaja bunuh diribenar salah baik burukpenangkap mimpi mimpimoral kompas moralmoral kompasbadai bangunan awansurga neraka sebaliknyasmilies emoticonyang yin yin yang cinaragu keputusan setanperingkat bintang baganKonten dewasaSafeSearchkecepatan bintangkotak surat tuaberdarah relBerhenti Anak-Anak Bun... stop remaja bunuh diriawan wallpaper macBerhenti Anak-Anak Bun... bertentangan tidak yakinjamur di dekat alamKonten dewasaSafeSearchstop bunuh diri anakhati merah di kereta apiBersinar Merah Hati Di... Beku Air Mata Di Keret... gunung lokasi konstruksiKonten dewasaSafeSearchmoral kompastersenyum emotikon malustop bunuh diri anakmalaikat setan etissmilies emoticonthumbs upsmilies emoticonbaik-buruknya menimbangkarakter siluet rakyatBerhenti Anak-Anak Bun... smilies emoticonstop remaja bunuh diriibu jari kesuksesanBerhenti Anak-Anak Bun... Konten dewasaSafeSearchhati merah di kereta apiKonten dewasaSafeSearchBerhenti Anak-Anak Bun... stop bunuh diri anakstop bunuh diri anakstop remaja bunuh diristop remaja bunuh diriBerhenti Anak-Anak Bun... stop bunuh diri anakmasukan beli dan jualkompas kompas moralmoral kompasbaik vs buruksmartphone rusak cacat1-100 dari 133 gambar-gambar Laman Selanjutnya / 2Gambar tajaan iStock LIMITED DEAL 20% off with PIXABAY20 couponSee more on iStock
7 Bermain Sebagai Terapi. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit.
ArticlePDF Available AbstractThe flow of ethical thought does not stop at Western Philosophy. Ethical thinking also colors and influences the discourse of thought in Islamic Philosophy. Differences in the style of Western Philosophy and Islamic Philosophy have a significant impact that has caused a debate about the expertise and courage of a Muslim thinker in adopting Greek ethical thought by not leaving the corridors of Islamic teachings. A very striking difference is the portion of the use of ratios in the construction of such debate is the difference of opinion regarding the contribution of Ibn Miskawaih in ethical discourse. Some Muslim thinkers say that Ibn Miskawaih is an ethical figure with his main work Tahdzib al-Akhlaq, while other opinions say that he is a moral figure. Thus, this research will show Ibn Miskawaih’s thought building in deeper, so that the foundations of his thought can be seen. More broadly, this research is important to be done to clarify the realm of moral and ethical discourse that develops in Islamic Philosophy, even though Western Philosophy and Islamic Philosophy have the same universal study examines the book Tahdzib al-Akhlaq which is a Ibn Miskawaih master piece. This research attempts to answer the question whether Tahdzib al- Akhlaq is an ethical or moral book. This was done by examining two works of translation of Tahdzib al-Akhlaq, namely The Refinement of Character written by Constantine K. Zurayk and Towards Moral Perfection written by Helmi Hidayat. This research is focused on tracing the arguments compiled by Ibn Miskawaih and tracking the minds of the figures that influence this research it was concluded that Tahdzib al-Akhlaq was not an ethical work, but a moral work. This affirms the criticism made by Fazlur Rahman that Muslim philosophers have failed to produce logically related ethical systems. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Vol. 19, No. 1, Januari 2019 ISSN 1411-9951JURNAL FILSAFAT DAN PEMIKIRAN ISLAMREFLEKSIPenanggung JawabKetua Program Studi Filsafat AgamaFakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan KalijagaKetua PenyuntingMuhammad TaukSekretaris PenyuntingNovian WidiadharmaPenyunting PelaksanaSyaifan NurFahruddin FaizFatimahPelaksana Tata UsahaSukandriAlamat Redaksi/Tata Usaha Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga, Jl. Marsda Adisucipto, telp. 0274 512156, YogyakartaReeksi diterbitkan pertama kali pada bulan Juli 2001 oleh Jurusan Aqidah dan Filsafat Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan terbit dua kali dalam satu tahun bulan Januari dan JuliReeksi menerima tulisan yang belum pernah diterbitkan atau dipublikasikan di media lain. Naskah diketik di atas kertas HVS kwarto A4 spasi ganda sepanjang 20-30 halaman dengan ketentuan seperti dalam halaman kulit sampul belakang. Penyunting berhak melakukan penilaian tentang kelayakan suatu artikel baik dari segi isi, informasi maupun penulisan. Vol. 19, No. 1, Januari 2019 ISSN 1411-9951JURNAL FILSAFAT DAN PEMIKIRAN ISLAMREFLEKSIDAFTAR ISIv Daftar Isiv Editorial ArtikelvPeran Akal dalam Memahami Pengetahuan Laduni Telaah Kitab Risalah Al-Laduniyyah Al Ghazali Aizzatun Nisak, hlm. 1-17vProyek “Kritik” Abed Al-Jabiri dan Implikasinya pada Nalar Keislaman Khairiyanto, hlm. 19-38vFilsafat Ibn Thufayl dan Novel Hayy Bin Yaqdhan Muh. Syamsuddin, hlm. 39-61vFilsafat Politik Ali Abdul Raziq Rido Putra, hlm. 63-76vEtika dalam Islam Telaah Kritis terhadap Pemikiran Ibn Miskawaih Rusan Efendi, hlm. 77-102vJalan Illuminasi dalam Mistisisme Hazrat Inayat Khan 1882 -1927 Syaifan Nur dan Asna Ulil Maizah, hlm. 103-124vArti Penting Filsafat dalam Pendidikan Islam Nuansa Falsaa T., hlm. 125-127 EDITORIALPada edisi kali ini, tim redaksi menerima beberapa tulisan yang didominasi oleh kajian lsafat. Diawali Aizzatun Nisa’ yang menulis Peran Akal dalam Memahami Pengetahuan Laduni Telaah Kitab Risalah al-Laduniyyah al-Ghazali. Hubungan akal dan intuisi, menurut tulisan ini, pada hakekatnya selalu dalam kondisi interaktif, terlebih dahulu melihat jenis-jenis pengetahuan yang dapat ditangkap manusia. Menurut al-Ghazali ada empat macam tingkatan eksistensi wujud yaitu wujud metasik, wujud empirik, wujud khayali imajinatif, wujud rasional al-ma’qulat. Selanjutnya tulisan Khairiyanto, yang bicara proyek “kritik” Abed al-Jabiri dan implikasinya pada nalar keislaman. Menurut Khairiyanto, studi kritis dalam suatu kajian akademik merupakan aspek terpenting yang perlu dan wajib dilakukan. Tujuannya agar kajian terus berlangsung serta dikembangkan kembali, sehingga ada kontribusi pada suatu peradaban sejarah manusia. Abed Al-Jabiri melalui studi kritisnya menawarkan suatu konsep kritik nalar Muh. Syamsuddin yang berjudul Filsafat Ibn Thufayl dan Novel Hayy bin Yaqzan merupakan sebuah risalah yang bertujuan memberikan penjelasan ilmiah tentang permulaan kehidupan manusia di bumi. Risalah ini merupakan suatu pemaparan Ibn Thufayl mengenai pengetahuan, yang berupaya menyelaraskan Aristoteles dengan Neo-Platonis di satu pihak, dan Al-Ghazali dengan Ibn Bajjah di pihak tulisan Rido Putra yang berjudul Filsafat Politik Ali Abdul Raziq. Menurut Raziq, realitas sejarah Islam tidaklah memberikan keharusan bentuk organisasi politiknya bernama khilafah dan pimpinannya disebut sebagai khalifah. Negara yang ideal menurut Raziq ialah negara berasaskan humanisme universal yang memperjuangkan rakyatnya, demokrasi dan keadilan sosial, yaitu negara sekuler bagi kaum muslimin dan non muslim yang hidup di negara ada tulisan Rusan Efendi berjudul Etika dalam Islam Telaah kritis terhadap Pemikiran Ibn Miskawaih. Tulisan ini berkesimpulan bahwa kitab Tahdzib al-Akhlaq karya Miskawih bukan merupakan karya etika, melainkan moral. Hal ini mengarmasi kritik yang dilontarkan oleh Fazlur Rahman bahwa para lsuf muslim telah gagal menghasilkan sistem etika yang bertalian secara logisBerikutnya tulisan berjudul Jalan Iluminasi dalam Mistisisme Hazrat Inayat Khan 1882 -1927 yang ditulis oleh Syaifan Nur dan Asna Ulil Maizah. Berdasarkan hasil kajian penelusuran keduanya menunjukkan bahwa jalan illumniasi memerlukan proses inisiasi sebagai landasan untuk melangkah ke dalam pencarian hakikat sesungguhnya. Inisiasi sebagai sebuah perubahan dasar dalam kondisi yang esensial, sebagai acuan setiap manusia untuk memulai, vi Editorialmeniatkan sesuatu yang mengarah ke arah yang lebih baik. Secara laku maupun lisan, sebagai pendengar, peniru dan pembicara, pelaku inisiasi mampu mengetahui tahap demi tahap untuk melakukan sebuah perjalanan batin untuk memperoleh pencerahan yang dirasa sangatlah berpengaruh pada ditutup oleh resensi buku Filsafat dan Pendidikan dalam Islam, yang ditulis oleh Nuansa Falsaa T. Selamat membaca, semoga bermanfaat. Reeksi, Vol. 19, Januari 2019 77 ETIKA DALAM ISLAM TELAAH KRITIS TERHADAP PEMIKIRAN IBN MISKAWAIHRusan EfendiAlumni Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan KalijagaAbstractThe ow of ethical thought does not stop at Western Philosophy. Ethical thinking also colors and inuences the discourse of thought in Islamic Philosophy. Dierences in the style of Western Philosophy and Islamic Philosophy have a signicant impact that has caused a debate about the expertise and courage of a Muslim thinker in adopting Greek ethical thought by not leaving the corridors of Islamic teachings. A very striking dierence is the portion of the use of ratios in the construction of such debate is the dierence of opinion regarding the contribution of Ibn Miskawaih in ethical discourse. Some Muslim thinkers say that Ibn Miskawaih is an ethical gure with his main work Tahdzib al-Akhlaq, while other opinions say that he is a moral gure. Thus, this research will show Ibn Miskawaih’s thought building in deeper, so that the foundations of his thought can be seen. More broadly, this research is important to be done to clarify the realm of moral and ethical discourse that develops in Islamic Philosophy, even though Western Philosophy and Islamic Philosophy have the same universal study examines the book Tahdzib al-Akhlaq which is a Ibn Miskawaih master piece. This research attempts to answer the question whether Tahdzib al-Akhlaq is an ethical or moral book. This was done by examining two works of translation of Tahdzib al-Akhlaq, namely The Renement of Character written by Constantine K. Zurayk and Towards Moral Perfection written by Helmi Hidayat. This research is focused on tracing the arguments compiled by Ibn Miskawaih and tracking the minds of the gures that inuence this research it was concluded that Tahdzib al-Akhlaq was not an ethical work, but a moral work. This arms the criticism made by Fazlur Rahman that Muslim philosophers have failed to produce logically related ethical Ethics, Western Philosophy, Islamic Philosophy, Ibn Miskawaih, Moral, Tahdzib al-Akhlaq 78 Rusan Efendi Etikd dalam Islam Telaah Kritis Terhadap Pemikiran Ibn MiskawaihAbstrakArus pemikiran etika tidak hanya berhenti di Filsafat Barat. Pemikiran etika turut mewarnai dan mempengaruhi wacana pemikiran dalam Filsafat Islam. Perbedaan corak pemikiran Filsafat Barat dan Filsafat Islam memberikan dampak yang cukup signikan sehingga menimbulkan perdebatan mengenai kepiawaian dan keberanian seorang pemikir Muslim dalam mengadopsi pemikiran etika Yunani dengan tidak keluar dari koridor ajaran-ajaran Islam. Perbedaan yang sangat kentara adalah porsi penggunaan rasio dalam konstruksi pemikirannya. Salah satu perdebatan tersebut adalah perbedaan pendapat mengenai kontribusi Ibn Miskawaih dalam diskursus etika. Beberapa pemikir Muslim mengatakan bahwa Ibn Miskawaih merupakan seorang tokoh etika dengan karya utamanya Tahdzib al-Akhlaq, sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa ia adalah seorang tokoh moral. Dengan demikian, penelitian ini akan memperlihatkan bangunan pemikiran Ibn Miskawaih secara lebih dalam, sehingga dapat terlihat pondasi-pondasi pemikirannya. Secara lebih luas, penelitian ini penting dilakukan untuk memperjelas antara ranah diskursus moral dan etika yang berkembang dalam Filsafat Islam, meskipun antara pemikiran Filsafat Barat dan Filsafat Islam memiliki nilai-nilai universal yang ini mengkaji kitab Tahdzib al-Akhlaq yang merupakan Master piece Ibn Miskawaih. Penelitian ini berupaya menjawab pertanyaan apakah Tahdzib al-Akhlaq merupakan kitab etika atau moral. Hal tersebut dilakukan dengan menelaah dua karya terjemahan Tahdzib al-Akhlaq, yaitu The Renement of Character yang ditulis oleh Constantine K. Zurayk dan Menuju Kesempurnaan Akhlak yang ditulis oleh Helmi Hidayat. Penelitian ini difokuskan untuk menelusuri argumen-argumen yang disusun oleh Ibn Miskawaih dan melacak pikiran tokoh-tokoh yang mempengaruhinya. Dari penilitian ini didapat kesimpulan bahwa Tahdzib al-Akhlaq bukan merupakan karya etika, melainkan karya moral. Hal ini mengarmasi kritik yang dilontarkan oleh Fazlur Rahman bahwa para lsuf Muslim telah gagal menghasilkan sistem etika yang bertalian secara logis. Kata kunci Etika, Filsafat Barat, Filsafat Islam, Ibn Miskawaih, Moral, Tahdzib al-AkhlaqA. Pendahuluan 1. Latar Belakang MasalahPenelitian ini menelaah pemikiran Ibn Miskawaih melalui karya terjemahan dari Tahdzib al-Akhalq, yaitu The Renement of Character dan Menuju Kesempurnaan Akhlak. Hal ini tidak terlepas dari berkembangnya diskursus Reeksi, Vol. 19, Januari 2019 79 pemikiran etika Yunani Filsafat Barat yang mempengaruhi wacana pemikiran dalam Filsafat Islam. Perbedaan corak pemikiran antara Filsafat Barat dan Filsafat Islam menjadi titik tolak dalam penelitian tentang moralitas menjadi salah satu bidang kajian dalam lsafat yang sangat menggairahkan untuk dikaji. Dari zaman Yunani hingga abad ke-21 ini, pembicaraan mengenai etika tidak pernah kering untuk diperbincangkan. Banyak lsuf atau pemikir telah mencoba mencari rumusan universal untuk menjawab problematika tentang moralitas, misalnya apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan salah, apa yang bermoral dan tidak bermoral, dan apa yang seharusnya dilakukan serta apa yang seharusnya bagaimana dengan pemikiran moral dalam konteks Filsafat Islam? Baik dalam Filsafat Islam maupun Filsafat Barat, keduanya sama-sama terpengaruh oleh karya Aristoteles, yaitu Nicomachean Ethics. Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh Haidar Ia berpendapat, “semua losof Muslim mengajarkan kebijaksanaan moderasi’ al-hadd al-wasath, yaitu sikap pertengahan dalam segala sesuatu yang memang merupakan salah satu inti dari ajaran Aristoteles sebagaimana tertuang dalam buku tersebut.”2Shustery menjelaskan bahwa “etika merupakan satu-satunya subyek di mana Timur tidak meniru Barat,” dan bahwa “satu-satunya pengaruh yang dapat dibawa dari Barat ke Timur, dalam hubungannya dengan subyek ini adalah metode ilmiah.”3 Walapun demikian, baik dalam Filsafat Islam maupun Filsafat Barat sama-sama terbentuk dari faktor historis, wahyu, genealogi, dan tradisi-tradisi, baik tradisi keagamaan maupun tradisi yang berasal dari masyarakat setempat. Namun yang membedakan keduanya adalah intensitas dari tiap-tiap faktor tersebut dalam mengkonstruksi pemikiran moral, misalnya dalam Filsafat Islam sarat dengan nilai-nilai keagamaan, sedangkan dalam Filsafat Barat lebih mengedepankan Fakhry berpendapat bahwa ada dua tipe etika yang saling bertentangan di dalam Islam, yaitu tipe skriptural dan losos. Tipe pertama bertumpu pada teks kitab suci, yaitu Al-Quran dan Sunnah. Sedangkan tipe kedua mengeksploitasi metode-metode silogistik dan diskursif dari etika Yunani. Dari dua tipe etika ini menghasilkan dua tipe etika lainnya, yaitu tipe teologis dan tipe religius. Tipe teologis dibentuk oleh kategori-kategori dan konsep-konsep lsafat, sedangkan tipe religius kurang bergantung kepada etika losos, meskipun tidak mengabaikan metode loso Majid Fakhry memasukkan al-Kindi, al-Razi, al-Farabi, 1 Haidar Bagir merupakan doktor dalam bidang Filsafat Islam. Ia memperoleh gelar doktornya dari jurusan Filsafat Universitas Indonesia. 2 Haidar Bagir, Buku Filsafat Islam Bandung Mizan, 2006, hlm. Sebagaimana dikutip oleh Bakhtiar Husain Siddiqi, “Nasir Al-Din Tusi” dalam Para Filosof Muslim Bandung Mizan, 1989, hlm. 249. 4 Majid Fakhry, Etika dalam Islam, terj. Zakiyuddin Baidhawy Yogyakarta Pustaka Pelajar, 1996, hlm. xi. 80 Rusan Efendi Etikd dalam Islam Telaah Kritis Terhadap Pemikiran Ibn MiskawaihIbn Sina, dan Ibn Miskawaih ke dalam tipe etika losos. Melalui karya Ibn Miskawaih pemikiran Platonisme, Aristotelian, Neo Platonis, dan Stoa saling Sementara itu, berkenaan hal tersebut Fazlur Rahman mengemukakan pendapat yang kontradiktif. Ia berpendapat bahwa sejarah pemikiran dalam Islam tidak menghasilkan lsafat moral yang sistematis. Lebih lanjut, para lsuf Muslim telah gagal menghasilkan sistem etika yang bertalian secara di atas memperlihatkan adanya dua pendapat yang berbeda dalam menilai dan merespon pemikiran moral dalam Islam. Di satu pihak berpendapat ada konstruksi etika yang dibangun dalam tradisi Filsafat Islam. Sedangkan di pihak lain berpendapat bahwa tidak ada sistem etika yang benar-benar logis dalam tradisi pemikiran Islam. Atas dasar pengkategorian yang dikemukakan oleh Majid Fakhry di atas, penelitian ini difokuskan untuk menelaah pemikiran Ibn Miskawaih. Selain mewakili pemikir Muslim yang tergolong kategori etika losos, Ibn Miskawaih pun dianggap sebagai “Bapak Etika dalam Islam” dan selalu menjadi rujukan para pemikir Muslim setelahnya. Penelitiaan ini dilakukan melalui telaah kritis karya terjemahan dari Tahdzib al-Akhlaq, yaitu The Renement of Character dan Menuju Kesempurnaan Akhlak. Karya tersebut dipilih karena merupakan master piece Ibn Miskawaih. Berdasarkan pencarian kejelasan mengenai diskursus moral dan etika dalam Filsafat Islam, maka penelitian ini difokuskan untuk meninjau kembali apakah Tahdzib al-Akhlaq merupakan karya etika atau Riwayat hidupIbn Miskawaih lahir di Iran pada tahun 330 H/932 M dan meninggal tahun 421 H/ 1030 M. M. Abdul Haq Ansari menyebutkan nama lengkap dari Ibn Miskawaih adalah Abu Ali Ahmad Muhammad Ya’qub Miskawaih. Ibn Miskawaih adalah seorang lsuf, sejarawan, lolog, penyair, dan dokter atau tabib yang lahir pada tahun 325 H/936 M di Kabupaten Rayy, Ibn Miskawaih hidup pada masa kekhalifan Abassiyyah yang ketika itu sedang marak menerjemahkan secara besar-besaran karya-karya lsuf Yunani ke dalam bahasa Arab. Masa itu menjadi saat berkembangnya ilmu pengetahuan karena banyak orang yang terpacu untuk menggeluti ilmu pengetahuan, baik dalam usaha menerjemahkan maupun menghasilkan sebuah karya. Implikasinya, Ibn Miskawaih pun banyak terpengaruh oleh pemikiran lsuf Yunani, terutama Aristoteles dan Plato. Pengetahuan Ibn Miskawaih berkisar dari sejarah ke psikologi, kemudian ke Psikologi Ibn Miskawaih bertumpu pada ajaran spiritualitas tradisional 5 Majid Fakhry, Etika dalam Islam…, hlm. Sebagaimana dikutip oleh Fatimah Husein dalam “Fazlur Rahman’s Islamic Philosophy”, Thesis, McGill University, 1997, hlm. M. Abdul Haq Ansari, The Ethical Philosophy of Miskawaih Aligarh The Aligarh Muslim University Press, 1964, hlm. 16. 8 Majid Fakhry, Sejarah Filsafat Islam…, hlm. 265. Reeksi, Vol. 19, Januari 2019 81 Plato dan Aristoteles dengan kecenderungan Platonis9. Ia menulis masalah ini dalam al-Fauz al-Asghar dan Tahdzib Profesinya sebagai pustakwan memberikan keuntungan tersendiri untuk selalu bergelut dengan buku-buku. A. Mustofa berpendapat bahwa Ibn Miskawaih dikenal sebagai Guru Ketiga Al-Mu’allim Al-Tsalits, setelah Al-Farabi sebagai Guru Kedua Al-Mu’allim Al-Tsani. Sedangkan yang dipandang sebagai Guru Pertama Al-Mu’allim Al-Awwal adalah beberapa karya-karya Ibn Miskawaih, yaitu Al-Fauz al-Akbar12, z al-Asghar13, Tajarib al-Umam 14, Uns al-Farid15, Tartib al-Sa’adah16, Al-9 Platonis atau yang sering disebut Platonisme merupakan sistem-sistem pemikiran turunan langsung dari lsafat Plato. Kecenderungan Ibn Miskawaih kepada Platonisme terlihat pada bagian awal dalam karyanya Tahdzib al-Akhlaq. Filsafat Plato yang diikuti oleh Ibn Miskawaih terkait esensi ruh dan unsur-unsur ruh atau jiwa. 10 Abdurrahman Badawi, “Miskawaih” dalam Para Filosof Muslim, terj. Ahmad Muslim dan Yustino Bandung Mizan, 1989, hlm. 88. 11 A. Mustofa, Filsafat Islam Bandung Pustaka Setia, 1997, hlm. Karya ini memuat penjelasan yang lebih lengkap dibandingkan dengan al-Fauz al-Asghar. Menurut M. Abdul Haq Ansari, “this book is not extant, and probably Dr. Abdul Aziz Izzat is right in believing that is the same as the Tahdhib al-Akhlaq.” Lihat M. Abdul Haq Ansari, The Ethical…, hlm. Karya ini dapat diakses dalam Miskawaih, Al-Fauz al-Asghar, Bairut, 1319 Berkenaan dengan al-Fauz al-Asghar, M. Abdul Haq Ansari berpendapat, “Miskawaih was not a metaphysician. His al-Fauz al-Asghar is not a book metaphysician. It is rather an attempt to give a plain and precise language a philosophical interpretation of the three fundamentals of Islam, viz., God, life after death and prophethood. It is a book on theology, with a detailed discussion of the soul, serving also at the basis of his conception of happiness and virtue. The bases of his interpretation of Islamic beliefs are neo-Platonic, and the deeper we go into it, the more vivid become the underlying ideas, so much so that a somewhat coherent picture of the neo-Platonic metaphysics gradually emerges. In his eort to reconcile neo-Platonic ideas with Islamic beliefs, he often deviates from old conceptions or makes original suggestions, though sometimes he takes shelter in obscurity or remains silent. On the whole the book is very systematic and lucid besides being concise.” Lihat M. Abdul Haq Ansari, The Ethical…, hlm. 20. 14 M. Abdul Haq Ansari berpendapat, “His monumental theory work on History bears the tittle of Tajarib al-Umam The Experiences of Nations, and is in six volumes. The last three volumes have been edited and translated by Margoliouth under the tittle Eclipse of The Abbasid Caliphat.’ This is an invaluable source on the period of the Buwayhids.” Lihat M. Abdul Haq Ansari, The Ethical Philosophy of Miskawaih, hlm. Karya ini berisi beberapa koleksi mengenai moral of aphorisms. Yaqut berpendapat, “Tales, poems, maxims, and proverbs not arranged in chapters. 16 Karya ini dapat diakses dalam Miskawaih, Kitab Al-Sa’adah, al-Maktabat al-Mahmudiyah, Egypt, 1928. Sebagai tambahan Khan menyertakan keterangan mengenai kitab ini dengan Ed. By Shaikh Ali as-Suyuti, Kairo 1346/1928. 82 Rusan Efendi Etikd dalam Islam Telaah Kritis Terhadap Pemikiran Ibn MiskawaihMusthafa17, Jawidan Khirad18, AL-Jami’19, Al-Siyar20, Al-Asyribah21, Tahdzib al-Akhlaq22, Al-Adwiyah23, Risalah  al-Ladzdzat wal-Alam  Jauhar al-Nafs24, Ajwibah wa As’ilah  al-Nafs wal-Aql25, Al-Jawab  al-Masa’il al-Tsalats26, Risalah  Jawab  Su’al Ali bin Muhammad Abu Hayyan al-Shu  Haqiqat al-Aql27, Thaharat al-Nafs28, Manazil Al-Ulum29, Al-Hikmat al-Khalidah30, Al-Hawamil wa A. Mustofa dalam karyanya yang berjudul FIlsafat Islam menamakan karya Ibn Miskawaih ini dengan Al-Mustaudi. Namun, tidak ada penjelasan lebih lanjut yang diberikan A. Mustofa terkait keberadaan karya ini. Dia hanya memberikan keterangan bahwa karya tersebut berisi kumpulan syair-syair pilihan. 18 Menurut Henry Corbin, A treatise with this title was said to have been written by king Hushang, one of the legendary kings of ancient Iranian history, or by some sage of his period This work was discovered at the time of the Abbasid caliph al-Ma’mun, and partially translated into Arabic by Hasan ibn Sahl al-Nawbakhti. In his turn, Maskuyah revised and expanded the Arabic work, and also produced a Persian version. However that may be, it is his Arabic text, with the title Eternal Wisdom al-Hikmah al-khalidah, ed. A. Badawi, Cairo that Maskuyah uses as the introduction to his great work on the experience of nations, which encompasses the civilization of the Arabs, the Persians and the Indians. Lihat Henry Corbin, History of Islamic Philosophy, Translated by Liadain Sherrard with the assistance of Philip Sherrard London Kegal Paul International, hlm. Tidak ditemukan penjelesan lebih lanjut mengenai karya ini. 20 Berkenaan dengan karya ini M. Abdul Haq Ansari berpendapat, Al-Siyar was a treatise on morals, interspersed with traditions, Qur’anic texts, philosophy, and poetry. Lihat M. Abdul Haq Ansari, The Ethical Philosophy of Miskawaih, hlm. 22-23. 21 Tidak ditemukan penjelesan lebih lanjut mengenai karya Sebagaimana dikutip oleh Abdurrahman Badawi, “Miskawaih” dalam Para Filosof Muslim, hlm. 84-85. Selain masih tersedia dalam bahasa Arab, Tahdzib al-Ahkhaq telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Constantine K. Zurayk dengan judul The Renement of Character Beirut American University of Beirut, 1968. Sedangkan dalam bahasa Indonesia telah diterjemahkan oleh Helmi Hidayat dengan judul Menuju Kesempurnaan Akhlak Bandung, Mizan, 1994.23 A. Mustofa, Filsafat Islam, hlm. 169. Tidak ada keterangan lebih lanjut mengenai keberadaan kitab ini. Mustofa hanya berpendapat bahwa kitab ini berisi tentang obat-obatan. 24 Naskah tersedia di Istanbul dalam Raghib Majmu’ah No. 1463, lembar 57a-59a. 25 Naskah tersedia di Istanbul dalam Raghib Majmu’ah. 26 Naskah tersedia di Teheran dalam Fihrist Maktabat al-Majlis, II, No. 634. 27 Naskah tersedia di Perpustakaan Mashdad di Iran, I, No. 43. 28 Abdurrahman Badawi, “Miskawaih” dalam Para Filosof Muslim, hlm. 85. Naskah tersedia di Koprulu, Istanbul, No. 767. 29 Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, terj. Helmi Hidayat Bandung Mizan, 1994, hlm. 70. Tidak ada keterangan lebih lanjut mengenai keberadaan kitab ini, hanya disebutkan bahwa kitab ini berisi tentang tingkatan-tingkatan pengetahuan. 30 Karya ini tersedia dalam Miskawaih, Al-Hikmat al-Khalidah, ed. Abd al-Rahman al-Badwi, Maktabat al-Nahdat al-Misriyah, 9 Share’ Adli Basha, Qairo, 1952. Karya ini lebih komprehensif dan terkenal dibandingkan dengan Uns al-Farid dan Al-Siyar. Al-Hikmat al-Khalidah merupakan sebuah koleksi aforisme moral dan perkataan-perkataan pemikir, losof, dan agamawan dari berbagai bangsa, seperti Romans, Greeks, Arabs, and Persian. Lebih lanjut, dengan merujuk kepada Abd al-Rahman al-Badawi, M. Abdul Haq Ansari berpendapat, “It also contains the translation of Jawedan-e-Khirad, probably a Persian work, by Hasan b. Sahl d. 850 Lihat M. Abdul Haq Ansari, The Ethical Philosophy of Miskawaih, hlm. 22-23. 31 Karya ini dapat diakses dalam Miskawaih, Al-Hawamil wa’l-Shawamil, ed. Ahmad Amin and Saiyed Ahmad Saqar, Qairo, 1951. M. Abdul Haq Ansari berpendapat, “Al-Hawamil wa’l-Shawamil is another work undertaken in colloboration with Aba Haiyan al-Tawhidi. It is in the form of questions Reeksi, Vol. 19, Januari 2019 83 B. Pembahasan1. Etika, Moral, dan AkhlakPembahasan poin ini menjadi penting karena banyak orang telah mencampuradukan istilah etika, moral, dan akhlak tanpa memberikan batasan yang jelas. Oleh karena itu, perlu peninjauan ulang, baik secara etimologis maupun terminologis. Usaha ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang jelas mengenai arti kata, pengertian, kedalaman, dan keluasan dari ketiga kata berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethikos, ethos adat, kebiasaan, praktik. Sebagaimana digunakan Aristoteles, istilah ini mencakup ide “karakter” dan “disposisi” kecondongan.32 Sementara itu, moral berasal dari bahasa Latin moralis—mos, moris yang artinya adat, istiadat, kebiasaan, cara, tingkah laku, Berdasarkan keterangan di atas, dapat dikatakan bahwa kata etika dan moral memiliki arti yang sama. Sedangkan dilihat dari sisi kebahasaan, K. Bertens berpendapat Tentang kata “moral” sudah kita lihat bahwa etimologinya sama dengan “etika”, sekalipun bahasa asalnya berbeda. Jika sekarang kita memandang arti kata “moral”, perlu diperhatikan bahwa kata ini bisa dipakai sebagai kata nomina kata benda atau adjektiva kata sifat. Jika kata moral dipakai sebagai kata sifat artinya sama dengan “etis” dan jika dipakai sebagai kata benda artinya sama dengan “etika” menurut arti pertama tadi, yaitu nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah Mengenai moralitas, Lorens Bagus dalam Kamus Filsafat berpendapatMoralitas Inggris morality atau sering disebut ethos’ ialah sikap manusia berkenaan dengan hukum moral yang didasarkan atas keputusan bebasnya. Sebuah tindakan yang baik secara moral ialah tindakan bebas manusia yang mengarmasikan nilai etis objektif dan yang mengarmasikan hukum moral. Buruk secara moral ialah sesuatu yang bertentangan dengan nilai etis dan hukum moral. Sumber dari seluruh kepatutan dan ketidakpatutan moral, pertama, keputusan bebas kehendak, kemudian, sikap bajik yang timbul dari keputusan bebas tersebut dan akhirnya pribadi atau subjek and answers. The questions, which are of varied interest, ranging from grammar and literature to physics, astronomy, psychology, ethics, and metaphysics, are from Abu Haiyan and their answers have been given by Miskawaih. This is a useful book in as much as it gives us the opinion of our author on so many issues. Lihat M. Abdul Haq Ansari, The Ethical …, hlm. 23. 32 Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Jakarta Gramedia, 2005, hlm. 217. 33 Ibid., hlm. 672. 34 K. Bertens, Etika, Jakarta Gramedia, 2011, hlm. 7. 35 Lorens Bagus, Kamus Filsafat, hlm. 673. 84 Rusan Efendi Etikd dalam Islam Telaah Kritis Terhadap Pemikiran Ibn MiskawaihAdapun K. Bertens berpendapat bahwa “moralitas” dari kata sifat Latin moralis mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan moral,’ hanya ada nada lebih abstrak. Moralitas selalu terkait dengan suatu perbuatan, artinya segi moral suatu perbuatan baik atau buruknya. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan dengan lsafat moral, Stephen Palmquis mengibaratkannya seperti sebuah pohon. Pertanyaan-pertannyaan etis bagaikan ranting-ranting di ujung suatu cabang pohon. Sementara itu, pertanyaan-pertanyaan losos yang lebih berbobot dan menjadi dasar dari pertanyaan-pertanyaan etis, seperti pertanyaan mengenai prinsip-prinsip moral fundamental tertentu, diibaratkan sebagai salah satu cabang pohon besar yang menyangga semua ranting pertanyaan etis. Menurutnya, pada suatu masa istilah lsafat moral digunakan untuk mengacu pada cabang ini sepenuhnya termasuk ranting-rantingnya. Namun dewasa ini, diskursus mengenai prinsip-prinsip moral lebih mengacu kepada kata etika’, sedangkan ranting-rantingnya menggunakan istilah “etika terapan.”37Dengan demikian, etika dapat didenisikan sebagai reeksi kritis, metodis, dan sistematis tentang tingkah laku manusia, sejauh berkaitan dengan norma. Segi normatif ini merupakan sudut pandang yang khas bagi etika, dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain38 yang juga membahas tingkah laku Norma-norma yang dimaksud merupakan penilaian dari sudut pandang baik dan buruk. Jadi, etika tidak berhenti pada hal-hal yang bersifat faktual dan empiris Filsafat Islam, selain menggunakan kata etika dan moral untuk menggambarkan suatu tindakan, digunakan juga kata akhlaq. Beberapa lsuf Muslim menggunakan kata akhlak untuk judul karyanya dibandingkan dengan kata etika atau Di samping berakar kata dari bahasa Arab, kata akhlak memiliki ruang lingkup yang lebih luas dibandingkan dengan kata etimologis, kata akhlak’ berasal dari bahasa Arab dalam bentuk jamak, sedang mufradnya adalah khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau Berakar dari kata khalaqa yang artinya menciptakan. Kemudian seakar dengan kata khaliq pencipta, makhluk yang diciptakan dan khalaq penciptaan.42 Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq dengan Namun, pada perkembangannya hubungan baik ini tidak hanya berdimensi vertikal 36 K. Bertens, Etika, hlm. Stephen Palmquis, Pohon Filsafat, terj. Muhammad Shodiq Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2011, hlm. 291. 38 Psikologi, antropologi, sosiologi, dan K. Bertens, Etika, Tahdzib al-Akhlaq oleh Ibn Miskawaih, Akhlaq-I Nasiri oleh Nasir Al-Din Tusi, Akhlaq-I Jalali oleh Muhammad Ibn As’ad Yuniar Ilyas, Kuliah Akhlak Yogyakarta Penerbit LPPI UMY, 2007, hlm. 1. 42 Nur Hidayat, Akhlak Tasawuf Yogyakarta Penerbit Ombak, 2013, hlm. Mustofa, Akhlak Tasawuf Bandung Pustaka Setia, 1997, hlm. 11. Reeksi, Vol. 19, Januari 2019 85 antara Sang Pencipta dengan hamba-Nya, tapi memiliki dimensi horizontal, yaitu hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan hewan dan manusia dengan alam. Dalam memberikan denisi kata akhlak, ada beberapa pendapat yang telah diberikan oleh para lsuf Muslim, yaitul Ibn Miskawaih “Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dahulu.”l Imam al-Ghazali “Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran lebih dahulu.” l Ahmad Amin “Akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya, bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak.” l Farid Ma’ruf “Kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.”l Abdullah Dirroz “Akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak mana berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar dalam hal akhlak yang baik atau pihak yang jahat dalam hal akhlak yang jahat.”44Dari pengertian-pengertian di atas, kata kunci yang dapat kita garisbawahi adalah spontanitas dan kebiasaan dalam tindakan. Akhlak pertama-tama merupakan kondisi jiwa manusia. Jiwa yang bersih akan menghasilkan sifat yang baik, begitupun sebaliknya, jiwa yang kotor akan menghasilkan sifat yang buruk. Sifat ini didorong oleh kehendak untuk dimanifestasikan sebagai tindakan. Dalam prosesnya, terjadi sebuah pertimbangan untuk mengaktualkan atau tidak mengaktualkannya menjadi sebuah perbuatan atau tindakan. Sebelum benar-benar dapat dikatakan sebagai akhlak, terlebih dahulu terjadi proses pembiasaan atau perbuatan tindakan yang dilakukan secara berulang-ulang, sehingga pada akhirnya perbuatan ini telah menjadi suatu kebiasaan. Pada tahap ini terdapat proses perpaduan antara unsur jiwa, sifat, dan kehendak. Oleh karena itu, bila sudah menjadi kebiasaan seseorang dapat melakukan perbuatannya tanpa memerlukan pertimbangan-pertimbangan rasio garis besar, penggunaan istilah etika, moral dan akhlak dapat digambarkan sebagai berikut. 44 Ibid., hlm 12-14. 86 Rusan Efendi Etikd dalam Islam Telaah Kritis Terhadap Pemikiran Ibn MiskawaihMoral Akhlak Etika Gambar Istilah etika, moral, dan akhlak memiliki pengertian yang seiring dengan perkembangan wacana pemikiran, istilah etika, moral, dan akhlak dapat digambarkan sebagai Akhlak Gambar Istilah moral dan akhlak memiliki pengertian yang sama sedangkan etika berbeda dengan secara etimologis, kata etika, moral, dan akhlak memiliki pengertian yang sama, meskipun berasal dari sumber yang berbeda. Namun secara istilah, ketiga kata tersebut memiliki pengertian dan keluasan yang berbeda. Dalam studi etika sudah tentu kita berbicara mengenai moral atau akhlak. Tetapi, ketika kita berbicara tentang moral atau akhlak, belum tentu kita masuk dalam diskursus etika. Selain itu, hal yang membedakan ketiganya adalah standar penilaian terhadap suatu tindakan. Etika mendasarkan penilainnya pada rasio, moral pada adat istiadat atau kebiasaan masyarakat, dan akhlak lebih merujuk pada pertimbangan kitab Tahdzib al-AkhlakPembahasan dalam poin ini merujuk kepada dua sumber utama, yaitu buku The Renement of Character dan Menuju Kesempurnaan Titik tekan dari pembahasan poin ini adalah untuk melihat pemikiran Ibn Miksawaih secara 45 Kedua buku ini merupakan terjemahan dari Tahdzib al-Akhlaq karya Ibn Miskawaih dalam bahasa Inggris dan Indonesia. The Renement of Character diterjemahkan oleh Constantine K. Zurayk dan diterbitkan oleh American University of Beirut pada tahun 1968, sedangkan Menuju Kesempurnaan Akhlak diterjemahkan oleh Helmi Hidayat dan diterbitkan oleh Mizan di Bandung pada tahun 1998. Reeksi, Vol. 19, Januari 2019 87 utuh. Selain itu, tujuan dari poin ini adalah untuk menjawab pertanyaan besar dalam penelitian ini tentang apakah Tahdzib al-Akhlaq merupakan karya moral atau Bagian Pertama Prinsip-prinsip Etika Jiwa dan Fakultas-fakultasnya, Kebaikan dan Kebahagiaan; Kebajikan dan KejahatanTubuh adalah bentuk sik yang khas dengan dirinya. Aktivitas tubuh dapat diamati oleh indra manusia secara langsung, sedangkan aktivitas dalam diri manusia tidak dapat diamati oleh indra manusia. Oleh karena itu, sesuatu yang terdapat dalam diri manusia sudah jelas bukanlah tubuh, bukan bagian dari tubuh serta tidak memiliki bentuk seperti tubuh dan benda-benda lainnya. Sampai sini, kita dapat mengatakan bahwa entitas tersebut adalah Ibn Miskawaih jiwa memiliki bentuk yang sempurna, tidak terpisah dari bentuknya yang pertama, tidak bergeser dan Hal ini tentu berbeda dengan apa yang menjadi ciri khas dari tubuh. Tubuh selalu berubah bentuk seiring dengan berjalannya waktu dan kualitasnya akan terus menyusut seperti benda-benda lainnya. Di samping itu, aktivitas jiwa terkait dengan penalaran. Semakin manusia melakukan aktivitas penalaran, maka ia akan semakin memperoleh kekuatannya berupa ketajaman jiwa yang terus menerus tanpa henti. Sementara itu, tubuh hanya dapat mengetahui pengetahuan melalui indra dan selalu memiliki kecenderungan kepadanya. Adapun jiwa mampu mengetahui sebab-sebab dari pengetahuan yang ditangkap oleh indra. Jiwa dapat melakukan abstraksi, sedangkan tubuh melakukan kontak langsung dengan sesuatu di luar dirinya. Secara singkat, tubuh berkaitan erat dengan apa yang dapat ditangkap oleh indra. Sementara itu, jiwa memiliki kecenderungan untuk menyingkap realitas ke-Tuhanan dan memilih hal-hal yang lebih mulia daripada hal-hal yang berkaitan dengan jasmani. Selain itu, jiwa berusaha menjauhkan diri dari keterikatannya dengan tubuh untuk sampai pada kenikmatan akal, yaitu kecerdasan. Perbedaan yang paling fundamental antara jiwa dan tubuh selanjutnya adalah jiwa dapat menilai dan memutuskan apa yang benar dan apa yang salah. Penilaian ini dilakukan oleh jiwa dengan kebaikan dan kejahatan, Ibn Miskawaih berpendapat The voluntary matters which pertain to man are divided into good and evils. For it is by virtue of the end for which man is created that he who keeps directing his eorts towards it until he attains it is one that should thereby be called good or happy, while he who allows himself to be hindered from it is indeed wicked and miserable. Consequently, goods are those things which man gains by the exercise of his will and his endeavor and which 46 Ibn Miskawaih, The Renement of Character…, hlm. Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak…, hlm. Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak…, hlm. 37-38 88 Rusan Efendi Etikd dalam Islam Telaah Kritis Terhadap Pemikiran Ibn Miskawaihpertain to the ends for which he was made and created; while evils are those which hinder him from goods, whether this hindrance is through his will and endeavor or through laziness and Persoalan-persoalan fakultatif yang berkaitan dengan manusia dapat dibagi ke dalam kebaikan dan kejahatan. Berkat tujuan diciptakannya manusia, maka ia yang memfokuskan dirinya pada tujuan tersebut hingga ia memperolehnya dengan jalan ini dapat dinamakan orang yang baik dan bahagia, sementara dia yang membiarkan dirinya dihalangi dari jalan tersebut adalah orang yang jahat dan sengsara. Dengan begitu, kebaikan adalah hal-hal yang dapat diperoleh manusia dengan melaksanakan kehendaknya dan upayanya serta berkaitan dengan tujuan diciptakannya manusia; sedangkan kejahatan adalah hal-hal yang menghalanginya dari kebaikan, apakah halangan ini berupa kehendak dan upayanya atau melalui kemalasan dan kelalaian.Selanjutnya, Ibn Miskawaih berpendapat bahwa jiwa terdiri dari tiga bagian, yaitu1. Fakultas yang berkaitan dengan reeksi, memahami, dan mempertimbangkan segala Fakultas yang berkaitan dengan amarah, keberanian, mengambil resiko dalam bahaya, hasrat ingin mendominasi, menjaga harga diri, dan berbagai macam jenis Fakultas yang berkaitan dengan keberahian, kenikmatan makan dan minum, bersenggama serta kenikmatan indrawi-indrawi lainnya. Ketiga fakultas jiwa ini berbeda satu dari yang lainnya. Hal ini dapat diketahui dari kenyataan bahwa berkembangnya salah satu dari ketiga fakultas ini akan melemahkan fakultas lainnya, dan salah satu dari mereka barangkali akan meniadakan tindakan dari yang lainnya. Mereka kadang-kadang dianggap sebagai tiga jiwa, dan kadang-kadang sebagai tiga fakultas dari satu jiwa. Fakultas berpikir disebut sebagai raja, dan organ tubuh yang digunakannya adalah otak. Fakultas nafsu disebut fakultas binatang, dan organ tubuh yang digunakannya adalah hati. Sedangkan fakultas amarah disebut fakultas binatang buas, dan organ tubuh yang digunakannya adalah jumlah fakultas dalam jiwa, Ibn Miskawaih membagi kebajikan menjadi empat bagian, yaitua. Kebajikan Pengetahuan Kebajikan pengetahuan berasal dari aktivitas jiwa rasional. Kebajikan ini dapat diperoleh ketika jiwa diarahkan untuk mencari pengetahuan yang benar, bukan yang diduga sebagai pengetahuan, tetapi sebenarnya adalah kebodohan. Ketika jiwa telah mencapai kebajikan ini, maka ia akan diiringi oleh kebajikan Ibn Miskawaih, The Renement of Character…, hlm. Ibid., hlm. 14-15. Reeksi, Vol. 19, Januari 2019 89 b. Kebajikan Sikap Sabar Kebajikan sikap sabar berasal dari aktivitas jiwa amarah. Kebajikan ini dapat diperloeh ketika jiwa ini mematuhi atau tunduk pada jiwa rasional dan tidak diwujudkan pada waktu yang tidak tepat maupun diekspresikan secara berlebihan. Pada saat jiwa ini telah mencapai kebajikannya, maka ia akan diiringi oleh kebajikan sikap Kebajikan Sikap Sederhana Sikap sederhana berasal dari aktivitas jiwa kebinatangan. Kebajikan ini akan diperoleh ketika jiwa ini dikendalikan oleh jiwa berpikir, tidak menentang apa yang diputuskannya, dan tidak menuruti hati dalam mengejar keinginannya sendiri. Ketika jiwa telah mencapai kebajikan sikap sederhana, maka ia akan diiringi oleh kebajikan Kebajikan Sikap Adil Kebajikan ini muncul saat ketiga kebajikan sebelumnya telah serasi dan saling berhubungan dengan tepat. Kebajikan sikap adil merupakan sebuah representatif kesempurnaan dan kelengkapan ketiga kebajikan sisi lain, lawan dari keempat kebajikan di atas berjumlah empat juga, yaitu kebodohan, kerakusan, pengecut, dan ketidakadilan. Keempat jenis jiwa tersebut memiliki berbagai macam turunannya. Selain itu, mereka merupakan penyakit-penyakit jiwa yang dapat menimbulkan kepedihan, contohnya adalah ketakutan, kesedihan, marah, jenis-jenis cinta dan hasrat, serta berbagai macam karakter Ibn Miskawaih menunjukkan bagian-bagian dari kebajikan sebagai berikut a. Bagian-bagian dari kearifan adalah Kecerdasan, daya ingat, rasionalitas, ketangkasan dan ketepatan dalam memahami, kejernihan dalam pikiran, serta kecakapan dalam belajar. b. Bagian-bagian dari sikap sederhana adalah kerendahan hati, ketenangan, kesabaran, dermawan, integritas, sikap puas, murah hati, berdisiplin diri, sikap yang baik, kelembutan, berwibawa, kesalehan. c. Bagian-bagian dari sikap berani adalah kebesaran jiwa, keberanian, keuletan, ketabahan, keluhuran budi, ketenangan, perkasa, dan ketahanan. d. Bagian-bagian dari kedermawanan murah hati, mementingkan orang lain, rela, senang menolong, tangan terbuka, dan Bagian-bagian dari sikap adil persahabatan, kerukunan, silaturahmi, memberi imbalan, bersikap baik, kejujuran, kebaikan hati, dan gagasan Aristoteles tentang kebajikan adalah titik tengah di antara dua ekstrem, Ibn Miskawaih berpendapat51 Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak…, hlm. 44-45. 52 Ibn Miskawaih, The Renement of Character…, hlm. Ibid., hlm. 17-20. 90 Rusan Efendi Etikd dalam Islam Telaah Kritis Terhadap Pemikiran Ibn MiskawaihBertolak dari pernyataan bahwa setiap kebajikan merupakan titik tengah antara dua ujung, dan dalam hal ini ujung-ujung itu merupakan keburukan-keburukan. Kita dapat memahami bahwa makna kebajikan adalah titik tengah, karena letaknya di antara dua kehinaan dan pada posisi yang paling jauh dari dua kehinaan itu. Karena itu, jika kebajikan bergeser sedikit saja dari posisinya, lalu ke posisi yang lebih rendah, maka kebajikan itu mendekati salah satu kehinaan, dan menjadi berkurang nilainya menurut dekatnya ia dari kehinaan yang Selanjutnya, beberapa kebajikan yang merupakan titik tengah adalah sebagai berikut - Kearifan wisdom adalah titik tengah antara kelancangan dan kebodohan. Hal yang dimaksud kelancangan di sini adalah menggunakan fakultas berpikir untuk tindakan yang tidak baik melalui jalan yang salah. Sementara ittu, yang dimaksud dengan kebodohan adalah mengabaikan fakultas Kecerdasan adalah titik tengah antara kelicikan dan Rasionalitas adalah titik tengah antara terlalu mempertimbangkan atau memikirkan sesuatu dan tidak memikirkannya sesuatu dengan Kesederhanaan adalah titik tengah antara dua keburukan, yaitu kejangakan terlalu memperturutkan hawa nasfsu dan mengabaikan hawa Rendah hati adalah titik tengah antara dua keburukan, yaitu tidak tahu malu dan terlalu Keberanian adalah titik tengah antara dua keburukan, yaitu pengecut dan Kedermawanan adalah titik tengah dari sikap boros dan pelit atau Keadilan adalah titik tengah antara melakukan ketidakadilan dan menderita ketidakadilan. Adil adalah kebajikan yang menyebabkan keadilan bagi dirinya sendiri dan orang lain. 552. Karakter dan Perbaikannya Kesempurnaan Manusia dan MaknanyaMengenai karakter manusia, Ibn Miskawaih berpendapat Character is a state of the soul which causes it to perform its actions without thought or deliberation. This state is of two kinds. One kind is natural and originates in the temperament. The other kind is that which is acquired by habit and self-training. It may have its beginning in deliberation and thought, but then it becomes, by gradual and continued practice, an aptitude and a trait of Karakter adalah keadaan jiwa yang menyebabkan jiwa bertindak tanpa 54 Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, hlm. 51. 55 Ibid., hlm. Ibn Miskawaih, The Renement of Character, hlm. 29. Reeksi, Vol. 19, Januari 2019 91 dipikir dan dipertimbangkan terlebih dahulu. Keadaan ini terbagi menjadi dua jenis. Pertama, bersifat alamiah dan berasal dari watak atau perangai. Kedua, diperoleh melalui kebiasaan dan latihan. Pada awalnya, keadaan ini merupakan tindakan yang dipikirkan dan dipertimbangkan terlebih dahulu, namun melalui latihan yang dilakukan secara bertahap dan terus menerus berubah menjadi sebuah karakter.Penjelasan Ibn Miskawaih di atas didasarkan pada perbedaan pendapat para cendekiawan Sebagian dari mereka menyatakan bahwa karakter dimiliki oleh jiwa non-rasional, sedangkan sebagian lainnya menyatakan bahwa karakter dimiliki oleh jiwa rasional. Selain itu, mereka menyatakan seseorang yang memiliki karakter alami tidak akan pernah kehilangan karakternya tersebut. Sementara itu, ada juga yang menyatakan bahwa tidak ada karakter yang alami bagi manusia. Sedangkan pendapat terakhir menyatakan bahwa karakter bersifat alami, dan juga dapat berubah cepat atau lambat melalui disiplin serta nasihat-nasihat mulia. Pendapat terakhir inilah yang dijadikan rujukan oleh Ibn Kemudian, Ibn Miskawaih mengutip pendapat Galen yang berpendapat bahwa sebagian manusia secara alami baik, sebagian jahat, dan sebagian lagi berada di posisi tengah-tengah. Mengenai yang pertama, mereka berjumlah sedikit dan tidak akan pernah berubah menjadi jahat. Sedangkan yang kedua memiliki jumlah yang banyak dan juga tidak akan berubah menjadi baik. Adapun yang ketiga, manusia dapat menjadi baik dan jahat tergantung Pada akhirnya, melalui pendapat para lsuf di atas Ibn Miskawaih membuat sebuah silogisme, yaitu Premis mayor Setiap karakter dapat berubahPremis minor Yang berubah itu tidak alamiKesimpulan Tidak ada karakter yang alamiDi sisi lain, Ibn Miskawaih memasukkan syariat agama sebagai upaya dalam meluruskan karakter. Ia berpendapat, “kewajiban orangtualah untuk mendidik mereka agar menaati syariat ini, agar berbuat baik, melalui nasihat, atau dipukul kalau perlu, atau dihardik, atau diberi janji yang menyenangkan atau diancam hukuman yang menakutkan.”60 Hal tersebut tidak terlepas dari latar belakang Ibn Miskawaih yang merupakan seorang pemeluk Islam. Ibn Miskawaih membagi kesempurnaan manusia menjadi dua macam, yaitu kesempurnaan karena fakultas kognitif61 dan fakultas Jika seseorang dapat menguasai dua kesempurnaan tersebut, maka ia akan memperoleh 57 Tidak ada keterangan siapa para cendekiawan klasik yang dimaksud. 58 Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Karakter, hlm. Ibn Miskawaih, The Renement of Character, hlm. 30-31. 60 Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak,… hlm. 60. 61 Fakultas ini memberikan kesempurnaan ketika manusia condong pada pencarian ilmu dan pengetahuan. 62 Fakultas ini memberikan kesempurnaan dalam kesempurnaan karakter manusia. 92 Rusan Efendi Etikd dalam Islam Telaah Kritis Terhadap Pemikiran Ibn Miskawaihkebahagiaan Hal ini didasarkan pada pembagian lsafat ke dalam dua bagian, yaitu lsafat teoritis dan Pembagian lsafat ini berasal dari Pembahasan terakhir dari bagian atau wacana kedua ini terkait dengan pendidikan bagi remaja, dan khususnya bagi anak-anak. Secara eksplisit Ibn Miskawaih berpendapat, “a section on the education of the young, and of boy in particular, most of which I have copied from the work of Bryson.”66 Adapun beberapa ajaran moral yang harus diberikan adalah - Bagi laki-laki hendaknya tidak memakai pakaian yang berwarna warna-warni disertai dengan aksesoris. Pakaian tersebut lebih cocok dikenakan oleh Warna pakaian yang paling baik untuk orang terhormat adalah warna putih dan yang serupa dengan Menghafal tradisi-tradisi yang baik dan syair-syair yang bisa membuatnya terbiasa melakukan moral Jika seorang anak berbuat kesalahan, janganlah mencerca dia, tapi nasihatilah dia dengan cara yang Mendidik jiwa harus diawali dengan membentuk sikap makan yang baik. Ajarkan pada dia mengenai tujuan makan demi kesehatan dan kelangsungan hidup, bukan demi kenikmatan Jangan sampai ia memandangi gerakan tangan orang yang sedang makan 3. Kebaikan dan KebahagiaanDalam mendenisikan kebaikan dan kebahagiaan, Ibn Miskawaih dengan jelas mengakui bahwa ia merujuk kepada Aristoteles. Menurut Aristoteles dan pandangan para pemikir klasik, kebaikan merupakan tujuan segala sesuatu. Kebaikan juga merupakan tujuan terakhir. Ibn Miskawaih menambahkan dengan berpendapat bahwa sesuatu yang bermanfaat untuk mencapai tujuan tersebut dapat disebut sebagai kebaikan. Sementara itu, kebahagiaan adalah kebaikan yang berhubungan dengan pemiliknya, dan merupakan kesempurnaan baginya. Lebih lanjut, kebaikan adalah apa yang diinginkan oleh semua orang, sebuah objek yang bisa dicari atau ditemukan serta memiliki sebuah esensi. Hal ini merupakan kebaikan umum universal bagi semua orang. Sedangkan kebahagiaan adalah kebaikan yang berkaitan dengan seseorang yang bersifat 63 Kebahagiaan puncak yang dimaksud adalah kenikmatan spiritual. Namun, tidak ada penjelasan komprehensif dari Ibn Miskawaih mengenai kenikmatan ini. 64 Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak…, hlm. 63. 65 Lihat Ali Maksum, Pengantar Filsafat Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme Yogyakarta Ar-Ruzz Media, 2012, hlm. 35-36. Lihat juga Jan Hendrik Raper, Pengantar Filsafat Yogyakarta Kanisius, 1996, hlm. 34. 66 Ibn Miskawaih, The Renement of Character…, hlm. 50. 67 Lebih lengkapnya lihat Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, hlm. 76-80. Reeksi, Vol. 19, Januari 2019 93 relatif, dan tidak memiliki esensi yang pasti. Kebahagiaan berbeda menurut orang yang Merujuk pada Aristoteles, Ibn Miskawaih membagi kebaikan menjadia. Kebaikan mulia, kebaikan terpuji, kebaikan potensial, dan kebaikan yang bermanfaat. Kebaikan mulia adalah kebaikan yang berasal dari esensinya serta orang yang mendapatkannya menjadi mulia. Itu adalah kebijaksanaan dan akal pikiran nalar. Kebaikan terpuji adalah keutamaan dan tindakan sukarela yang positif. Kebaikan potensial adalah kesiapan untuk memperoleh hal-hal yang telah disebutkan di atas. Kebaikan yang bermanfaat adalah segala sesutau yang dicari bukan untuk mereka sendiri, tapi untuk memperoleh kebaikan-kebaikan lainnya. b. Kebaikan ada yang menjadi tujuan dan bukan merupakan tujuan. Di antara mereka ada yang sempurna dan ada yang tidak sempurna. Contoh dari yang pertama adalah kebahagiaan, yang ketika kita mendapatkannya, maka tidak memerlukan sesuatu yang lain lagi sebagai tambahannya. Contoh dari yang kedua adalah kesehatan dan kekayaan, yang ketika kita telah mendapatkannya masih memerlukan yang lainnya. Kebaikan yang bukan merupakan tujuan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penyembuhan, pembelajaran, dan Kebaikan yang ada di dalam jiwa, tubuh, dan di luar keduanya. d. Kebaikan yang dipilih demi kebaikan itu sendiri, ada yang merupakan saran bagi yang lain, ada yang merupakan demi keduanya, dan ada yang bukan untuk keduanya. e. Kebaikan yang benar-benar apa adanya, ada yang baik hanya ketika mendesak, atau karena kejadian tertentu yang menimpa orang-orang, hanya pada waktu tertentu, dan juga ada yang baik bagi seluruh manusia dalam segala hal dan kapan pun. f. Kebaikan pada substansinya, kuantitas, dan kualitasnya. Tuhan merupakan jenis kebaikan pertama, karena segala sesuatu mengarah kepada-Nya untuk mendapatkan kebaikan Ilahi, seperti kekekalan, keabadian, dan kesempurnaan. Kebaikan yang berkaitan dengan kuantitas adalah angka bilangan dan jumlah yang memadai. Sedangkan, kebaikan yang berkaitan dengan kualitas adalah Kebaikan yang berkaitan dengan hubungan adalah persahabatan dan otoritas. h. Kebaikan yang berkenaan dengan di mana dan kapan adalah tempat yang nyaman, waktu yang baik dan Kebaikan yang berkaitan dengan posisi adalah duduk, berbaring, dan bersandar yang Kebaikan yang berkenaan dengan kepemilikan adalah uang dan Ibn Miskawaih, The Renement of Character, hlm. 69. 94 Rusan Efendi Etikd dalam Islam Telaah Kritis Terhadap Pemikiran Ibn Miskawaihk. Kebaikan yang berkaitan dengan pengaruh adalah mendengarkan musik yang baik dan perasaan Kebaikan yang terakhir berkaitan dengan tindakan adalah efektifnya suatu perintah dan tersebarnya itu, Aristoteles membagi kebahagiaan menjadi lima bagian, yaitua. Kebahagiaan memiliki kesehatan pada tubuh dan kelembutan indrawi, seperti pendengaran, penglihatan, penciuman, perasaan dan perabaan yang baik. b. Kebahagiaan mempunyai pemilikan keberuntungan, seperti dapat menggunakan uangnya di mana pun, dapat melakukan kebaikan-kebaikan menggunakan uangnya, menolong orang-orang yang baik khususnya, dan orang-orang yang layak ditolong pada Kebahagiaan memiliki reputasi dan nama baik di antara orang-orang yang mempunyai Kebahagiaan dalam kesuksesan segala urusannya. Kebahagiaan ini diperoleh ketika ia mengerjakan sesuatu yang telah diputuskannya dan mendapatkan hasil sesuai yang ia Kebahagiaan memiliki penilaian yang cermat, pemikiran yang tepat, lurus keyakinannya, baik dalam hal agama dan bukan agama, terbebas dari kekeliruan dan kesalahan, serta mampu memberi petunjuk yang 4. KeadilanMengenai orang yang adil, Ibn Miskawaih berpendapatSeseorang baru bisa dianggap benar-benar adil kalau sudah bisa menyelaraskan seluruh fakultas, perilaku, dan kondisi dirinya sedemikian hingga yang satu tidak melebihi yang lainnya. Penyelarasan serupa ini juga dilakukannya dalam transaksi dan kehormatan, dan dilakukannya demi keutamaan keadilan itu sendiri, bukan untuk sesuatu yang lain. Dia dapat mencapai hal ini hanya apabila dirinya memiliki sikap moral tertentu, dan dari sikap moral ini dia berperilaku. Dan keadilan, karena merupakan titik tengah dari ekstrem-ekstrem, dan sikap untuk memperbaiki keberlebihan dan kekurangan, merupakan kebajikan paling sempurna dan paling dekat dengan Lebih lanjut, Ibn Miskawaih berpendapat bahwa orang yang berpegang teguh pada syariat agama dalam perbuatannya pasti adil, dan orang yang melanggarnya pasti lalim. Hal ini dikarenakan syariat agama menentukan perbuatan-perbuatan sukarela yang merupakan hasil dari kegiatan berpikir 69 Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, hlm. 90-91. 70 Ibn Miskawaih, The Renement of Character, hlm. 72. 71 Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, hlm. 115. Reeksi, Vol. 19, Januari 2019 95 dan peraturan Ilahi. Dengan tegas Ibn Miskawaih berpendapat bahwa keadilan adalah sebutan untuk orang yang berpegang teguh pada syariat Ia berpendapat, “kalau keadilan hanya bisa terwujud dalam aksi timbal-balik mengambil dan memberi, atau dalam berbagi kehormatan, maka Tuhan punya hak atas kita, lantaran kita sudah terlalu banyak memperoleh pemberian dan nikmat yang tak terhingga dari-Nya,”73 dan “meski Sang Pencipta SWT tak pernah membutuhkan pertolongan dan upaya kita, maka sangat keji dan lalim kalau kita tak melaksanakan kewajiban kita74 terhadap-Nya.”755. Cinta dan PersahabatanIbn Miskawaih berpendapat bahwa cinta dapat dibagi ke dalam empat jenis,76 yaitua. Cinta yang terjalin dengan cepat, tapi pupusnya juga cepat. Cinta ini muncul atas dasar Cinta yang terjalin dengan cepat, tapi pupusnya lambat. Cinta ini muncul atas dasar Cinta yang terjalin lambat, tapi pupusnya cepat. Cinta ini muncul atas dasar kegunaan atau manfaat. d. Cinta yang terjalin lambat, dan pupusnya lambat. Cinta ini muncul atas dasar bersatunya kenikmatan, kebaikan, dan kegunaan atau Selain jenis cinta di atas Ibn Miskawaih menambahkan satu jenis cinta lagi, yaitu cinta Ilahi. Cinta Ilahi timbul dari substansi manusia yang bersifat Ilahi. Substansi ini tidak dapat bercampur dengan unsur-unsur sik. Sebagian orang berpendapat bahwa cinta Ilahi merupakan cinta yang berupaya menyatu dengan Tuhan. Cinta Ilahi tidaklah bersifat aksidental yang akan pupus ketika penyebabnya hilang atau telah tercapai, seperti cinta atas dasar kenikmatan, kebaikan, dan manfaat atau Cinta Ilahi hanya dimiliki oleh orang yang memiliki pengetahuan tentang Tuhan. Namun banyak orang yang mengaku mengetahui dan mencintai Tuhan, padahal mereka sedang membayangkan sesuatu selain diri-Nya, mencintai, dan menyembahnya. Hal tersebut merupakan kesesatan yang paling jauh. Selanjutnya, untuk melukiskan keadaan orang 72 Ibid., hlm. Ibid, hlm. Kewajiban yang dimaksud merupakan kewajiban yang terdapat dalam ajaran agama, seperti beribadah kepada-Nya dan berbuat baik kepada sesama manusia dalam interaksi Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, hlm. 122. 76 Gagasan ini bukanlah murni berasal dari Ibn Miskawaih. Dalam hal ini Ibn Miskawaih merujuk pada Nicomachean Ethics. Pembahasan ini dijelaskan Aristoteles pada poin tentang “Tiga macam persahabatan” dan “Persahabatan yang sempurna dan tidak sempurna.” Lihat Aristoteles, Nicomachean Ethics, terj. Embun Kenyowati Jakarta Teraju, 2004, hlm. Ibn Miskawaih, The Renement of Character, hlm. 123-124. 78 Ibid., hlm. 126. 96 Rusan Efendi Etikd dalam Islam Telaah Kritis Terhadap Pemikiran Ibn Miskawaihseperti di atas, Ibn Miskawaih megutip Al-Quran surah ke-12 ayat ke-106 yang berbunyi “dan kebanyakan manusia tidak beriman kepada Allah, kecuali dalam keadaan mempersekutukan-Nya.”79Selanjutnya, berkenaan dengan persahabatan Ibn Miskawaih berpendapatBersahabat adalah bagian dari cinta. Hanya saja lebih khas lagi. Pada esensinya itu sendiri, ia berarti kasih sayang, dan tidak terjadi di antara orang banyak, sebagaimana halnya cinta. Adapun cinta asmara, ia merupakan keberlebihan dalam cinta, dan lebih khas daripada kasih sayang, sebab terjalin di antara dua orang saja. Cinta asmara dapat terjadi pada orang yang sedang dimabuk cinta pada kenikmatan secara berlebihan, atau kepada orang yang sedang dilanda cinta karena kebaikan. Jenis cinta pertama sangat tercela, tapi jenis kedua Ibn Miskawaih menerangkan bahwa persahabatan yang terpuji adalah persahabatan yang terjalin di kalangan orang baik, demi kebaikan, dan penyebabnya adalah kebaikan. Hal ini dikarenakan kebaikan merupakan sesuatu yang tidak berubah, maka persahabatan seperti ini akan abadi dan tidak berubah. Berbeda dengan persahabatan yang didasarkan pada kenikmatan dan Ibn Miskawaih memperlihatkan tingkah laku orang baik dan jahat dalam cinta dan persahabatan. Ia berpendapat bahwa orang baik adalah orang yang melakukan kebaikan demi esensinya, selalu melihat kebaikan dirinya ada pada orang lain dan dalam dirinya sendiri temannya adalah dirinya sendiri, dan memperlakuan kenalannya sama seperti pada kawan-kawan dekatnya, seakan berupaya membuat mereka mencapai posisi teman-teman sejati. Adapun tingkah laku orang jahat adalah orang yang menodai atau memalsukan cinta dan persahabatan, senang bermalas-malasan, tidak dapat dan mau mengetahui kebaikan, tidak bisa membedakan antara kebaikan dan kejahatan, dan menyangka baik sesuatu yang tidak Oleh karena itu, menurut Ibn Miskawaih yang juga berasal dari Socrates, dalam memilih teman hendaknya kita melakukan beberapa hal berikuta. Terlebih dahulu mempertanyakan perilaku calon teman kita saat kecil kepada orangtuanya, saudara-saudara, dan Kenali baik-baik seluruh karakternya kalau dia bergaul dengan teman-temannya. c. Setelah itu, bandingkan karakternya dengan karakter saat dia bergaul dengan saudara-saudara dan orangtuanya. 79 Ibid., hlm. Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, hlm. 134-135. 81 Ibid., hlm. Ibid., hlm. 144-145. Reeksi, Vol. 19, Januari 2019 97 d. Lihat apakah ia tipe orang yang selalu mensyukuri nikmatnya atau kufur terhadap nikmat. e. Lihat apakah ia peribadi yang suka bersantai atau tidak. Suka bersantai merupakan serendah-rendahnya kepribadian. f. Amati apakah ia suka emas dan Amati apakah ia suka menguasai dan Amati apakah ia suka mengolok-olok atau mengejek Ketika kita telah memiliki teman, maka kita memiliki Kewajiban Menurut Ibn Miskawaih, beberapa hal yang harus kita lakukan terhadapnya di antaranyaa. Banyak memberikan perhatian Tunaikanlah kewajiban yang kecil terhadapnya ketika ia ditimpa musibah. c. Tampillah di hadapannya dengan wajah ceria dan sikap murah Sambutlah dengan sikap manis muka bila ia datang Jangan segan-segan bersikap hormat ketika bertemu dengan Jangan merasa keberatan untuk berpenampilan Terapkan perilaku di atas terhadap orang yang diperhatikan dan dicintainya, seperti teman, anak, orangtua, dan lain-lain. h. Pujilah mereka dengan pujian yang tidak berlebihan supaya anda tidak menjilat dan membuatnya membenci Jika anda mendapatkan kebaikan, janganlah kebaikan tersebut anda miliki sendiri. j. Kalau anda tahu dia punya aib, tunjukkan dengan baik padanya bahwa anda 6. Kesehatan Jiwa Menjaga dan MemulihkannyaMenurut Ibn Miskawaih, pengobatan penyakit jiwa sama halnya dengan menyembuhkan penyakit jasmani. Pertama, dokter harus mendiagnosis terlebih dahulu penyakit apa yang terdapat di dalam tubuh. Setelah itu, dokter memberikan resep obat untuk dikonsumsi oleh si pasien. Obat ini yang akan melawan penyakit tersebut. Begitu juga dengan penyakit jiwa memerlukan diagnosis terlebih dahulu untuk menemukan obat yang sesuai dengan penyakitnya. Ibn Miskawaih berpendapat bahwa penyakit jiwa ini dapat disembukan melalui pendidikan moral. Pandangan ini lazim terdapat dalam tulisan-tulisan Muslim tentang akhlak dan kalangan kaum su.86 Berkenaan dengan perawatan jiwa, Ibn Miskawaih menganjurkan untuk melakukan hal-hal berikut merindukan ilmu-ilmu yang hakiki dan bergaul dengan 83 Ibid., hlm. 150-151. 84 Dalam buku The Renement of Character, tema ini beri judul “Our’s duties towards his friend,” sedangkan dalam buku Menuju Kesempurnaan Karakter diberi judul “Etika Berteman.”85 Penjelasan lengkapnya lihat Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, hlm. 152-156. 86 Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak…, hlm. 162. 98 Rusan Efendi Etikd dalam Islam Telaah Kritis Terhadap Pemikiran Ibn Miskawaihorang-orang seperti dirinya, jangan bergaul dengan orang keji yang suka pada kenikmatan-kenikmatan buruk, suka berbuat dosa, bangga dan tenggelam dalam Selain itu, Ibn Miskawaih berpendapat, “ingatlah terus kata-kata Hasan Basri rahmatullahi alaih ini kendalikanlah jiwa kalian! Karena jiwa ingin tahu. Sering-seringlah mengkaji ulang. Karena ia cepat sekali lupa!”88 Galen berpendapat, “siapa pun adanya, kalau dia sudah terlalu cinta diri, dia tak akan pernah tahu cela yang terdapat dalam dirinya. Dia tak akan pernah meilhat, meskipun itu sangat jelas tampak!”89 Oleh karena itu, ia perlu untuk intropeksi penyakit jiwa dan penyembuhannya, Ibn Miskawaih berpendapat “Jenis-jenis penyakit jiwa adalah kebalikan dari empat kebajikan yang telah kami bahas dalam awal buku ini. Karena kebajikan itu adalah titik tengah yang pasti antara ujung-ujung dan esensi-esensi yang ada, maka kebajikan harus dicari dan didapat dengan upaya dan ketekunan. Seluruh titik lainnya yang bukan merupakan titik tengah bersifat tak pasti, tak memiliki esensi-esensi yang ada. Keberadaannya hanya lewat aksiden. Bukan lewat esensi.”90 Satu hal yang dapat kita garisbawahi dari penjelasan-penjelasan di atas adalah Ibn Miskawaih telah berhasil memadukan antara ajaran agama, tradisi kenabian, dan pemikiran yang berasal dari lsuf Yunani. Pendapat ini sesuai dengan pernyataan Zainul Kamal sebelumnya. Ia berpendapat bahwa Ibn Miskawaih adalah orang yang representatif di bidang akhlak dalam Islam. Usahanya sangat berhasil dalam melakukan harmonisasi antara pemikiran lsafat dan pemikiran 7. Telaah Kritis Poin Pertama sampai KeenamPada poin pertama, Ibn Miskawaih telah menjelaskan perihal Jiwa beserta fakultas-fakultasnya secara rinci dan sistematis. Namun, penjelasan yang diberikan kurang losos. Hal ini disebabkan karena Ibn Miskawaih tidak menjelaskan secara denitif mengenai jiwa. Selain itu, Ibn Miskawaih tidak memberikan desini losos terkait pengertian kebaikan dan kejahatan. Ibn Miskawaih pun tidak menjelaskan secara kritis apa yang dimaksud dengan “tujuan diciptakannya manusia.” Dalam konteks ini Ibn Miskawaih menunjukkan ketidakjelasan posisinya apakah ia berbicara sebagai seorang lsuf atau Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, hlm. Ibid., hlm. Ibid., hlm. Ibid., hlm. 173. 91 Pernyataan ini telah dikemukakan pada Bab Tiga. Sumber rujukannya adalah Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, hlm. 14. 92 Jika ia berbicara sebagai seorang agamawan jelas kiranya bahwa ia akan merujuk kepada kitab suci dan berpendapat bahwa tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada Allah dan manusia adalah khalifah atau wakil Tuhan di dunia ini. Namun, sulit kiranya jika kita posisikan Ibn Miskawaih sebagai seorang lsuf karena dalam hal ini ia tidak memberikan penjelasan losos mengenai kebaikan, kejahatan, dan tujuan diciptakannya manusia. Reeksi, Vol. 19, Januari 2019 99 Secara keseluruhan, inti pemikiran Ibn Miskawaih pada poin pertama dapat digunakan sebagai langkah awal untuk masuk ke dalam diskursus moral maupun etika. Walaupun demikian, poin pertama belum dapat dijadikan patokan untuk menentukan apakah Tahdzib al-Akhlaq merupakan karya moral atau etika. Dengan kata lain, pada poin ini Ibn Miskawaih belum berbicara mengenai moralitas secara losos. Pembicaraan pada poin kedua lebih menitikberatkan pada seputar karakter manusia yang merupakan sebuah keadaan jiwa. Ibn Miskawaih berpendapat bahwa karakter dapat diubah dan dibentuk melalui disiplin dan pendidikan. Ia membedakan tingkatan manusia dalam memperioleh tatanan moral atau karakter. Berdasarkan isi dari poin kedua, dapat disimpulkan bahwa Ibn Miskawaih tidak banyak memberikan konsep losos seputar karakter manusia, kesempurnaan manusia, dan kebahagiaan puncak kenikmatan spiritual. Selain itu, pada akhir poin ini disajikan ajaran moral yang sebagian besar merujuk pada karya Bryson. Secara keseluruhan, pembahasan dalam wacana ini lebih bertendensi pembahasan moral daripada ketiga menjadi poin yang sangat fundamental untuk dijadikan tolak ukur apakah Tahdzib al-Akhlaq merupakan karya moral atau etika. Hal ini disebabkan tema yang dibahas pada poin ini adalah seputar kebaikan dan kebahagiaan yang menjadi inti dari pemikiran etika. Seluruh pemikiran etika selalu diawali dengan pembahasan secara mendalam mengenai apa itu kebaikan. Perihal kebaikan, hampir semua lsuf etika memiliki pengertian versi masing-masing, baik secara denitif maupun esensi. Meskipun, terjadi kontradiksi pendapat di antara mereka mengenai arti kebaikan itu sendiri. Selanjutnya, Ibn Miskawaih tidak memberikan pengertian secara mendalam khas pemikirannya mengenai kebaikan. Dalam hal ini, Ibn Miskawaih hanya merujuk pada pengertian yang diberikan oleh Aristoteles, yaitu kebaikan adalah tujuan segala sesuatu. Ibn Miskawaih hanya menambahkan dengan berpendapat bahwa sesuatu yang bermanfaat untuk mencapai tujuan dapat disebut sebagai kebaikan. Merujuk pada Aristioteles, Ibn Miskawaih menjelaskan bahwa kebaikan dan kebahagiaan dapat dibagi menjadi beberapa kategori. Secara keseluruhan, penjelasan yang terdapat pada poin ketiga disajikan cukup jelas, rinci, dan sistematis. Walaupun terdapat unsur-unsur etika di dalamnya, poin ini tidak dapat dikatakan sebagai diskursus etika secara penuh. Alasannya adalah tidak ditemukan sebuah kajian teoritis yang mendalam berkenaan dengan moral. Selain itu, konstruksi pemikiran yang tersaji bersifat samar dan tanggung’ untuk dikatakan sebuah diskursus pada poin selanjutnya adalah mengenai keadilan. Substansi dari wacana ini berkelindan dengan tema jiwa dan fakultas-fakultasnya pada poin pertama. Seyogianya, wacana keadilan merupakan pembahasan yang penting setelah wacana kebaikan dalam diskursus etika. Hal ini disebabkan karena keadilan adalah output atau tujuan dari sebuah teori etika. Keadilan ini dapat 100 Rusan Efendi Etikd dalam Islam Telaah Kritis Terhadap Pemikiran Ibn Miskawaihbersifat keadilan individu maupun keadilan sosial. Wacana keadilan dapat dijadikan sebagai salah satu faktor untuk menilai apakah sebuah karya merupakan karya etika atau moral. Walaupun, baik dalam diskursus moral maupun etika sama-sama berbicara tentang poin keempat ini, Ibn Miakwaih tidak menjelaskan tentang keadilan secara losos. Hal ini diperkuat dengan tidak adanya konstruksi pemikiran mengenai keadilan itu sendiri. Keadilan yang dikemukakan oleh Ibn Miskawaih hanya berlandaskan pada fakultas-fakultas jiwa, tanpa memnerikan penjelasan yang mendalam. Inti dari pemikiran Ibn Miskawaih pada poin ini adalah dijadikannya syariat agama sebagai pondasi dalam menghasilkan keadilan. Ia berpendapat, orang yang berpegang teguh pada syariat agama dalam hidupnya akan menghasilkan sikap yang adil. Dijadikannya syariat agama sebagai dasar dalam bertindak, menempatkan ajaran agama dan kitab suci sebagai pedomannya. Menurut analisis awam penulis, konten dari ajaran agama dan kitab suci lebih sarat dengan ajaran moral dibandingkan kosntruksi teoritis mengenai moral. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa poin ini lebih mengarahkan Tahdzib al-Akhlaq untuk disebut sebagai karya moral dibandingkan karya etika. Tema pada poin selanjutnya adalah cinta dan persahabatan. Tema ini lazim termuat secara implisit atau eksplisit baik dalam karya moral maupun etika. Pada poin ini, Ibn Miskawaih tidak memberikan penjelasan tentang kedua hal tersebut secara losos. Ia hanya membagi cinta ke dalam empat jenis yang kemudian ia tambahkan dengan satu jenis cinta lagi, yaitu cinta Ilahi. Begitupun dengan persahabatan, tidak ada pembahasan secara mendalam mengenai hal tersebut. Ia hanya menyatakan bahwa bersahabat adalah bagian dari cinta. Namun inti dari poin kelima ini adalah pemaparan tentang petunjuk dalam memilih teman dan kewajiban kepada teman. Konten dari kedua wacana tersebut lebih kental condong masuk ke dalam diskursus moral dibandingkan etika. Hal ini semakin menegaskan bahwa Tahdzib al-Akhlaq merupakan karya moral dibandingkan karya etika. Poin terakhir berbicara mengenai kesehatan jiwa dan upaya dalam menjaga serta memulihkannya. Poin ini merupakan poin yang paling jelas untuk menegaskan bahwa Tahdzib al-Akhlaq bukan merupakan karya etika melainkan karya moral. Hal ini dikarenakan susbtansi dari poin ini lebih merujuk pada ajaran susme. Wacana yang disajikan lebih dekat kepada diskursus moral dibandingkan diskursus etika. Hal ini diperkuat oleh gagasan Ibn Miskawaih yang menyatakan bahwa penyembuhan penyakit jiwa dan upaya dalam menjaga kesehatannya dapat dilakukan melalui pendidikan yang sangat kentara dari seluruh konstruksi pemikiran pada poin pertama sampai keenam adalah tidak adanya perdebatan teoritis mengenai diskursus moral maupun etika. Padahal, etika sebagai ilmu tentang moralitas biasanya memuat kritik terhadap teori sebelumnya dan berusaha menghadirkan teori baru yang lebih relevan sebagai tesis. Hal tersebut dapat dijadikan salah satu faktor dalam menilai apakah suatu karya dapat disebut sebagai karya moral atau etika. Oleh Reeksi, Vol. 19, Januari 2019 101 karena itu, dapat disimpulkan bahwa Tahdzib al-Akhlaq merupakan karya KesimpulanDitinjau secara bahasa, Tahdzib al-Akhlaq lebih cocok disebut sebagai kitab akhlak atau moral daripada etika. Hal ini nampak jelas ketika dilihat secara terminologis antara istilah etika, moral, dan akhlak yang telah diuraikan pada Bab Tiga. Sementara dari segi ruang lingkup dan kedalaman ketiga istilah tersebut, kata akhlak lebih mewakili isi dari Tahdzib al-Akhlaq. Di samping memiliki dimensi horizontal muamalah, kitab tersebut juga memiliki dimensi vertikal teologis. Hal ini tentu berbeda dengan pemikiran etika pada umumnya, terutama dalam Filsafat Barat yang cenderung bertumpu hanya pada dimensi horizontal muamalah. Bab Satu sampai Bab Enam dari Tahdzib al-Akhlaq lebih merepresentasikan pembahasan mengenai akhlak daripada etika. Hal ini sejalan dengan tujuan dari Ibn Miskawaih dalam menulis Tahdzib al-Akhlaq, yaitu untuk memperoleh karakter akhlak yang baik sehingga dapat diimplementasikan tanpa pertimbangan akal lagi. Dengan tandas dapat dikatakan bahwa Tahdzib al-Akhlaq merupakan karya moral bukan etika, meskipun terdapat konsep losos yang diambil dari pemikiran lsuf sebelumnya, terutama lsuf Yunani, yaitu Plato dan Aristoteles. Konsep losos tersebut hanya menjadi bumbu dalam pemikiran moralnya, bukan bahan menggunakan istilah sendiri penulis menyebut Tahdzib al-Akhlaq merupakan kitab “moral losos.” Istilah ini tentu berbeda dengan penyebutan terhadap kitab “lsafat moral.” Perbedaanya terletak pada penekanan kata moral. Dalam istilah “moral losos,” posisi moral lebih menonjol daripada struktur pemikiran losos. Pesan yang ingin disampaikan lebih mengedepankan sisi moral dibandingkan analasis tajam khas lsafat mengenai moral. Hal ini berbeda dengan istilah “lsafat moral” yang lebih sarat dengan pemikiran losos dalam mengkaji moral. Menurut penulis, diskurus “lsafat moral” akan sampai pada pemikiran tentang etika, sedangkan “moral losos” terbatas pada wacana tentang ini penulis menyimpulkan bahwa Ibn Miskawaih adalah seorang tokoh moral daripada tokoh etika. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Iqbal dan Mohammed Arkoun yang menyatakan bahwa Ibn Miskawaih merupakan seorang moralias dan humanis. Pendapat ini seolah didukung oleh Oliver Leaman dengan berpendapat bahwa Ibn Miskawaih lebih banyak berbicara menngenai karakter daripada teori-teori tentang moral. Kesimpulan ini mengarmasi pendapat Fazlur Rahman sebelumnya yang menyatakan bahwa lsafat moral tidak pernah dihasilkan dalam sejarah Islam. Lebih lanjut ia berpendapat belum ada sistem etika dalam dunia Islam yang benar-benar mencirikan karakteristik etika dengan identitas ke-Islaman yang substantif. Walaupun demikian, Ibn Miskawaih telah berhasil memadukan antara pemikiran lsafat Yunani dengan ajaran dalam Islam. Ia dapat dikatakan sebagai seorang pemikir Muslim yang cerdik. 102 Rusan Efendi Etikd dalam Islam Telaah Kritis Terhadap Pemikiran Ibn MiskawaihDaftar PustakaAnsari, M. Abdul Haq. The Ethical Philosophy of Miskawaih. Aligarh The Aligarh Muslim University Press. Nicomachean Ethics, Kenyowati. Jakarta Teraju. 2004Badawi, Abdurrahman. “Miskawaih” dalam Syarif ed. Para Filosof Muslim, terj. Ahmad Muslim dan Yustino. Bandung Mizan. 1989. Bagir, Haidar. Buku Filsafat Islam. Bandung Mizan. Loren. Kamus Filsafat. Jakarta Gramedia. K. Etika. Jakarta Gramedia. Henry. History of Islamic Philosophy, Translated by Liadain Sherrard with the assistance of Philip Sherrard. London Kegal Paul Majid. Etika dalam Islam, terj. Zakiyuddin Baidhawy. Yogyakarta Pelajar. Nur. Akhlak Tasawuf. Yogyakarta Penerbit Ombak. Bakhtiar. “Nasr Al-Din Tusi” dalam Syarif ed. Para Filosof Muslim. Bandung Mizan. 1989. Husein, Fatimah. “Fazlur Rahman’s Islamic Philosophy.” Thesis. McGill University. Yuniar. Kuliah Akhlak. Yogyakarta Penerbit LPPI UMY. 2007. Maksum, Ali. Pengantar Filsafat Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme. Yogyakarta Ar-Ruzz Media. Ibn. The Renement of Character. Beirut American University of Beirut. 1968., Menuju Kesempurnaan Akhlak, terj. Helmi Hidayat. Bandung Mizan. 1994. Mustofa, .A. Akhlak Tasawuf. Bandung Pustaka Setia. 1997., Filsafat Islam. Bandung Pustaka Setia. Stephen. Pohon Filsafat, terj. Muhammad Shodiq. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Jan Hendrik. Pengantar Filsafat. Yogyakarta Kanisius. kuliah umum, Filsafat Etika dari Yunani Klasih hingga Jawa pada tema Etika Yunani Klasik Eudaimonia yang disampaikan oleh Franz Magnis-Suseno, Sj di Teater Salihara. Publikasi Youtube, di channel Komunitas Salihara. Diakses pada tanggal 27 Januari 2019. Reeksi, Vol. 19, Januari 2019 125 ARTI PENTING FILSAFAT DALAM PENDIDIKAN ISLAMNuansa Falsaa TJudul Buku Filsafat dan Pendidikan dalam IslamPenulis Dr. H. M. Tauk Mandailing, Penerbit Samudera BiruCetakan I, Maret 2018Tebal 228 halaman; 16 x 24 cmBuku yang ditulis oleh Dr. H. M. Tauk Mandailing ini adalah dosen Filsafat di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Buku ini menjelaskan lsafat dan hubungannnya dengan pendidikan, sehingga memiliki relevansi bagi pemerhati pendidikan, pendidik, dan tentunya mahasiswa yang mengambil program studi buku itu penulis membawa pembaca ke dalam pemahaman yang komprehensif mengenai lsafat secara garis besar dan korelasinya dengan pendidikan, khususnya lagi pendidikan dalam Islam. Secara sistematis penulis mengajak pembaca untuk terlebih dahulu memahami apa itu lsafat dan bagaimana perjalan lsafat mulai dari lahirnya hingga perkembangannya, sebelum lebih 126 Nuansa Falsaa T, Arti Penting Filsafat dalam Pendidikan Islamjauh membawa pembaca ke dalam dimensi pendidikan Islam dalam Filsafat. Dalam pendahuluannya, penulis menjelaskan beberapa poin penting mengenai sejarah lsafat, diantaranya adalah Yunani sebelum tradisi losos, mitos dan dominasinya, asal-usul lsafat, dari mitos ke logos, dan keajaiban manusia pastilah memiliki keterbatasan sehingga tidak semua persoalan kehidupan dapat terjawab dengan hanya mengandalkan akal, sebab akal manusia tidak mampu menjangkau hal-hal yang sifatnya metasis atau hal-hal yang tidak dapat dijelaskan melalui rumusan-rumusan metodologi ilmiah. Oleh karenanya, dalam melahirkan generasi muda yang cerdas secara akal, emosi dan spiritualnya maka diperlukan seorang pendidik yang memahami betul lsafat pendidikan Islam buku ini, penulis memaparkan isinya secara runtut dan jelas. Mulai dari sejarah munculnya lsafat di dunia, keilmuan dalam Islam, pergumulan lsafat dan agama di Barat, pemikiran-pemikiran yang lahir dari lsafat, kajian utama lsafat, lsafat sebagai metode, pendidikan, lsafat pendidikan, lsafat pendidikan Islam hingga titik temu lsafat dengan agama. Kata lsafat, berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu dari kata philos dan shopia yang berarti cinta yang sangat mendalam dan kearifan. Secara harah arti lsafat adalah cinta yang mendalam terhadap kearifan atau pendidikan Islam adalah suatu kajian secara losos yakni berpikir secara mendalam, sistematik, radikal, dan universal tentang masalah-masalah pendidikan, seperti masalah manusia anak didik, guru, kurikulum, metode, lingkungan, hakikat kemampuan manusia untuk dapat dibina dan dikembangkan serta dibimbing menjadi manusia Muslim yang seluruh pribadinya dijiwai oleh ajaran Islam, serta mengapa manusia harus dibina menjadi hamba Allah yang berkepribadian demikian yang didasarkan pada Al-Qur’an dan hadis sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli khususnya para losof Muslim, sebagai sumber pendidikan Islam merupakan pengetahuan yang memperbincangkan masalah-masalah pendidikan Islam. Ruang lingkup lsafat pendidikan diantaranya adalah hakikat pendidik dan anak didik, hakikat materi pendidikan dan metode penyampaiannya, hakikat tujuan pendidikan dan alat-alat pendidikan yang dipergunakan untuk mencapai tujuannya, hakikat meodel-model pendidikan, hakikat lembaga formal dan non-formal dalam pendidikan, hakikat sistem pendidikan, hakikat evaluasi pendidikan, dan hakikat hasil-hasil buku ini, penulis menjelasakan beberapa peranan lsafat pendidikan yang diantaranya adalah 1membantu para perancang dan pelaksana pendidikan; 2memberi dasar bagi pengkajian pendidikan secara umum dan khusus; 3 menjadi dasar penilaian pendidikan secara menyeluruh; 4memberi sandaran intelektual, bimbingan bagi pelaksana pendidikan untuk menghadapi tantangan yang muncul dan jawaban dari setiap permasalahan yang timbul dalam pendidikan; 5memberikan pendalaman pemikiran tentang pendidikan Reeksi, Vol. 19, Januari 2019 127 dan hubungannya dengan faktor-faktor spiritual, kebudayaan, sosial, ekonomi, politik, dan berbagai kehidupan lsafat pendidikan dalam Islam dan Pendidikan Islam adalah sebagai alat atau sarana untuk memahami dan untuk menyelesaikan permasalahan pendidikan Islam dengan mendasarkan atas keterkaitan hubungan antara teori dan praktik pendidikan. Karena pendidikan akan mampu berkembang bila benar-benar terlibat dalam dinamika kehidupan menjadikan manusia berkembang dan mempunyai pandangan hidup yang menyeluruh dan sistematis. Pandangan itu kemudian dituangkan dalam sistem pendidikan untuk mengarahkan tujuan pendidikan yang kemudian akan dituangkan ke dalam bentuk kurikulum. Dengan kurikulum itulah sistem pengajaran dapat terarah dan mempermudah para pendidik dalam menyusun pengajaran yang akan diberikan kepada peserta didik. Melalui proses ini, manusia menugaskan pikirannya untuk bekerja seseuai dengan aturan-aturan dan hukum yang ada, berusaha menyerap semua yang berasal dari dalam atau luar antara lsafat dan lsafat pendidikan sangat penting sebab ia menjadi dasar, arah, dan pedoman suatu sistem pendidikan. Pandangan lsafat pendidikan sama peranannya dengan lansadan losos yang menjiwai seluruh kebijaksanaan dalam pelaksabaab pendidikan. Antara lsafat dan pendidikan terdapat kaitan yang sangat erat. Filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat, sedangkan pendidikan berusaha mewujudkan citra dan pendidikan dalam Islam terdiri dari apa yang diyakini seseorang mengenai teori-teori tentangnya yang merupakan kumpulan dari prinsip yang membimbing tindakan profesional seseorang. Lebih jauh lagi, lsafat pendidikan berkaitan dengan penetapan hakikat dari tujuan, alat pendidikan, dan menerjemahkan prinsip-prinsip ini dalam kebijakan-kebijakan untuk mengimplementasikan. Maka dengan memahami lsafat dan pendidikan Islam, maka pelaksanaan pendidikan akan lebih efektif dan esien, lebih mengarah kepada sasaran yang akan di capai, sehingga mempercepat tercapainya tujuan yang mudah dipahami dan tampilan sampul buku yang menarik merupakan beberapa kelebihan dari buku ini. Selain mudah dipahami bahasanya, penjelasan runtut yang diuraikan oleh penulis pun menjadi daya tarik tersendiri untuk buku ini. Bagi orang awam, lsafat mungkin dinilai sebagai salah satu cabang ilmu yang sulit dipahami. Namun dengan keterampilannya, penulis dapat mengupas mulai dari lsafat itu sendiri hingga lsafat dan pendidikan dalam Islam secara jelas dan rinci dengan bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami oleh berbagai kalangan masyarakat. Sistematik yang runtut dan bahasanya yang mudah dimengerti menjadikan buku ini layak untuk dijadikan rujukan dan model bagi pembaca yang ingin menganalisis lsafat dan pendidikan Islam. Buku ini bermanfaat bagi mahasiswa khususnya, pemerhati dunia pendidikan dan semua pihak yang respek dengan dunia pendidikan. TATA CARA PENULISAN ARTIKEL/RESENSI1. Artikel atau resensi belum pernah dipublikasikan/diterbitkan dalam sebuah jurnalatau sebuah Jumlah halaman artikel tidak lebih dari 20 halaman kwarto dengan spasi gandadan jenis font times new arabic berukuran 12 Artikel dilengkapi dengan Jumlah halaman resensi antara lima sampai delapan halaman kwarto spasi gandadan jenis font times new arabic berukuran 12 Teknik penulisan mengikuti aturan sebagai berikuta. BukuContoh Margaret Chatterjee, The Existentialist Outlook, New DelhiOrient Longman Ltd., 1973, hlm. Buku terjemahanContoh Ali Shariati, Tugas Cendekiawan Muslim, terj. M. Amien RaisYogyakarta, Shalahuddin Press, 1982, hlm. Artikel dalam satu buku atau ensiklopediaContoh Fedwa Malti-Douglas, “Mohammed Arkoun”, dalam John L. Espositoed., The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World, Vol. IOxford University Press, 1995, hlm. Artikel dalam sebuah jurnal atau majalahContoh Muzairi, “Pokok-pokok Pikiran Manifesto Humanisme”, RefleksiI, 1 2001, hlm. Artikel dalam surat kabarContoh Mun’im A. Sirry, “Komitmen Publik terhadap Demokrasi”,Republika, 2 Juni 2001, hlm. Kitab SuciContoh al-Baqarah 2 20. Nur Zaidi SalimMaragustam SiregarMufrod Teguh MulyoCharacter education is an urgent education because considering the moral crisis that occurs on all fronts in the era of globalization, in addition, the impact caused by this era of globalization and information has positive and negative impacts, such as in Indonesia, which is currently experiencing a crisis and lacks figures who can be used as an example, because many public figures are now committing crimes such as corruption, collusion, prostitution, and so on. Ibn Miskawaih is one of the prominent Islamic philosophers who touched the concept of character education which is famous in his book Tahzib al-akhlak wa tathir al-a'raf. This study aims to describe and analyze 1 the concept of Ibn Miskawaih's character education 2 the reconstruction of character education in the global era Ibn Miskawaih's concept analysis. This research is library research that refers to primary literature including the book of Tahdzibul Akhlaq Ibnu Miskawaih, secondary library books, relevant books, journals, and documents. This study uses a qualitative approach in addition, objective and pragmatic, with the method of content analysis. Drawing conclusions using the deductive method. The results showed that The concept of Ibn Miskawaih's character is, namely The Golden The Doctrine of The Mean. He stated that human character is built on four foundations, namely self-restraint, courage, wisdom, and justice. Viewing education as a means of inculcating noble character, humanizing humans, socializing individuals, and inculcating shame, must be reconstructed in the current global era so that it can be used as human nature or the result of exercises in order to make a good KhairiansyahMisridahMolothen Mawlid al-Nabi for the people of Madura is a profoundly ingrained local culture and wisdom. Apart from being full of religious values, this tradition also has character education values. This study aims to determine the values of character education in the Molothen tradition and how this shapes the millennial Madurese community's character. This article is a case study research using a qualitative approach. Data were collected using observation, interview, and documentation techniques. The results showed that the Madurese one generation performed the Molothen tradition to another. The character values contained in the Molothen tradition are religion, discipline, independence, responsibility, and cooperation/solidarity. These character values can then shape the personality of the millennial Madurese community to become virtuous. Fatimah HuseinThis study examines Fazlur Rahman's understanding of Islamic philosophy by analyzing his attitude towards the works of Muslim philosophers and his belief in the value of the Qur'an's precepts. It pays specific attention to the relationship between his understanding of philosophy and his method of interpreting the Qur'an, since in Rahman's understanding, this method is the only means to satisfy the changing needs of society. It explores Rahman's definition of Islamic philosophy, which is strongly characterized by three religious terms, iman, islam, and taqwa. The thesis furthermore looks at the reasons why Rahman borrowed certain philosophical expressions of the Muslim philosophers in his works when, at first glance, their doctrines contradict Rahman's own position. Special attention is paid to his book Major Themes of the Qur'an, wherein Rahman discusses human existence and his final destiny through his interpretation of the Qur'an. The thesis concludes that Rahman's Islamic philosophy is a moral one, which is practically oriented and based on his understanding of the Qur' P Asper John M NeffAnnual Reports, Board of Managers, Syrian Protestant College, 1866-7/1901-2 256 pp., photographs, Beirut, Kesempurnaan Akhlak…, hlmIbn MiskawaihIbn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak…, hlm. Refinement of Character…Ibn MiskawaihIbn Miskawaih, The Refinement of Character…, hlm. dalam Islam, terj. Zakiyuddin Baidhawy. Yogyakarta PelajarMajid FakhryFakhry, Majid. Etika dalam Islam, terj. Zakiyuddin Baidhawy. Yogyakarta Pelajar. Penerbit OmbakNur HidayatTasawufHidayat, Nur. Akhlak Tasawuf. Yogyakarta Penerbit Ombak. Penerbit LPPI UMYYuniar Kuliah IlyasAkhlakIlyas, Yuniar. Kuliah Akhlak. Yogyakarta Penerbit LPPI UMY. 2007. Maksum, Ali. Pengantar Filsafat Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme. Yogyakarta Ar-Ruzz Media. Pustaka Setia. 1997. , Filsafat Islam. Bandung Pustaka Setia. A MustofaAkhlak TasawufMustofa,.A. Akhlak Tasawuf. Bandung Pustaka Setia. 1997. , Filsafat Islam. Bandung Pustaka Setia. 1997.
Seseorangyang mempelajari ilmu ini akan memiliki pengetahuan tentang kriteria perbuatan baik dan buruk, dan selanjutnya ia akan banyak mengetahui perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk. Ilmua akhlak atau akhlak yang mulia juga berguna dalam mengarahkan dan mewarnai berbagai aktivitas kehidupan manusia disegala bidang.
Pengertian Contoh Perbuatan Baik dan Tidak Baik Buruk – KITA sering mendenga kata “baik”, “orang baik”, “berbuat baik”, atau “kebaikan”. Apa makna, arti, definisi, maksud, atau pengertian kebaikan yang sebenarnya dalam Islam? Secara bahasa Indonesia, menurut KBBI, baik artinya elok; patut; teratur apik, rapi, tidak ada celanya, dsb mujur; beruntung; berguna; manjur; sembuh; pulih; selamat tidak kurang suatu apa. Kebaikan artinya sifat baik; perbuatan baik, kegunaan; dan sifat manusia yang dianggap baik menurut sistem norma dan pandangan umum yang kebaikan menurut Islam? Rasulullah Saw sebuah haditnya menegaskan “Kebaikan adalah akhlak yang baik, sedangkan dosa adalah apa saja yang meragukan jiwamu dan kamu tidak suka memperlihatkannya pada orang lain.” HR. Muslim “Mintalah fatwa kepada hatimu. Kebaikan adalah apa saja yang menenangkan hati dan jiwamu. Sedangkan dosa adalah apa yang menyebabkan hati bimbang dan cemas meski banyak orang mengatakan bahwa hal tersebut merupakan kebaikan.” HR. Ahmad, Thabrani, dan Al Baihaqi. Manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan tidak sedikit orang guna memenuhi keperluan hidupnya. Tanpa pertolongan orang lain, maka insan akan menemui kendala untuk menjalani hidup sebab harus meluangkan semua kebutuhannya sendiri. Dalam kehidupan anda sehari-hari dapat kita temui sekian banyak perilaku atau perbuatan insan yang satu untuk manusia yang lain. Ada yang baik dan terdapat pula yang buruk. Perbuatan terpuji ialah perbuatan yang baik dilaksanakan seseorang untuk orang lain sebab memberikan akibat yang positif untuk orang lain, sampai-sampai patut dicontoh dan dilaksanakan pada sehari-hari kita. Sedangkan tindakan yang tidak terpuji ialah perbuatan yang tidak baik anda lakukan untuk orang lain sebab memberikan efek yang negatif untuk orang lain, sehingga paling tidak pantas untuk ditiru dan diaplikasikan dalam kehidupan anda sehari-hari. Contoh Perbuatan BaikPengertian Tidak Baik / BurukContoh Perbuatan tidak Baik / Buruk Memberikan toleransi kepada orang yang berbeda agama untuk beribadah Menyisihkan dan memberikan sedikit harta atau uang yang dimiliki untuk disumbangkan kepada pihak yang membutuhkan Bergotong royong dan tegur sapa dengan tetangga sekitar rumah Menghormati seseorang yang berusia di atas kita Berjuang untuk kemakmuran dan kesejahteraan umat Islam Tidak berkata Kasar Tidak mencuri Membantu orang tua Pengertian Tidak Baik / Buruk Adalah sebuah perbuatan yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Dalam perilaku kehidupan insan selalu ada dua sisi yang berlawanan, yakni perilaku baik dan perilaku buruk. Seseorang disebutkan melakukan tindakan baik, bilamana tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan tata nilai yang dianut oleh kumpulan masyarakat dimana ia berada. Demikian sebaliknya, seseorang disebutkan melakukan tindakan buruk bilamana tindakannya tidak cocok dengan nilai dan pandangan masyarakat yang bersangkutan. Pandangan mengenai nilai yang ada dalam masyarakat beraneka aneka dan tata nilai itu menjadi norma atau patokan berperilaku untuk setiap pribadi atau kelompok. Patokan perilaku untuk setiap pribadi dalam masyarakat ialah berupa norma kesopanan, norma hukum, norma susila, dan norma agama. Dalam kehidupan masyarakat yang paling memegang teguh tata nilai agama, tidak jarang kali mengukur tindakan baik atau buruk dari aspek nilai agama yang dianutnya. Untuk masyarakat yang beragama Islam barangkali akan tidak jarang kali mengukur suatu tindakan menurut nilai-nilai agama Islam. Namun dalam sebuah komunitas sosial tidak semua pribadi dalam masyarakat mempunyai akidah yang sama. Di dalam masyarakat tidak jarang kali terdapat kebiasaan sebagai unsur yang tidak terpisahkan dari manusia. Perspektif kebiasaan melahirkan nilai yang menurut tradisi, dan kelaziman tradisi terbangun menurut pola-pola hubungan antara individu. Sehingga patokan terhadap tindakan baik dan buruk bercampur antara norma sosial dan norma agama. Allah SWT. menciptakan insan sebagai khalifah di muka bumi untuk menata dan memakmurkan apa yang terdapat di bumi, itulah keunggulan manusia bila dikomparasikan dengan makhluk yang lainnya, yakni Ia dibuat dengan sebaik-baik format bila dikomparasikan dengan makhluk yang lainnya, adapun keunggulan manusia ialah Ia diserahkan akal fikiran yang dipergunakan untuk memisahkan mana tindakan yang baik dan mana tindakan yang buruk, sekaligus dengan akal, insan dapat menaklukkan apa yang terdapat di bumi . Kalau ditinjau dari segi doktrin agama, tidak sedikit sekali ayat-ayat Al-qur’an maupun hadits yang menjelaskan tentang guna akal insan akan namun pendapat akal sangatlah terbatas ketimbang dengan wahyu, bukankah Allah SWT. memberikan insan ilmu tetapi sedikit, walaupun demikian Allah SWT. menantang insan lewat wahyu bagaimana supaya insan memanfaatkan akalnya supaya ia dapat untuk berinteraksi baik di awang maupun di bumi. Namun yang dikehendaki oleh Islam ialah pemakaian akal yang berbasis wahyu atau yang berdimensi Al-Qur’an dan sunnah Rasul berupa ijtihad . Tapi sungguh bertolak belakang dengan apa yang telah dikatakan oleh doktrin agama, dimana manusia malah sebaliknya, yakni ada beberapa faham yang paling mendewakan pendapat akalnya bila dikomparasikan wahyu, sudah terbukti dengan munculnya sekian banyak aliran-aliran teologi Islam dengan sekian banyak macam pendapat, laksana Mu’tazilah, Qadariyah, Jabariyah, Ahlussunnah wal jama’ah dan lain-lain Contoh Perbuatan tidak Baik / Buruk Mencuri uang milik orang lain Ikut serta dalam tawuran pelajar atau tawuran warga Berbohong dan menipu orang lain Membuang sampah sembarangan Ugal-ugalan di jalan raya melanggar peraturan lalu lintas
Dengandemikian, dapat dikatan bahwa ilmu akhlak bertujuan untuk memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk. Terhadap perbuatan yang baik ia berusaha melakukannya, dan terhadap yang perbuatan yang buruk ia berusaha untuk menghindarinya. [1] H. Auddi Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter
Minggu, 08 Juli 2012 Dibawah ini disediakan gambar-gambar mewarnai cerita Alkitab yang dapat diprint dan diwarnai untuk aktivitas adik-adik sekolah minggu. Silahkan klik kanan pada gambar dan pilih "Open Link in New Tab" atau "Open Link in New Window" atau jika ingin langsung menyimpan gambar, klik kanan pada gambar dan pilih "Save Link As", kemudian pilih folder mana yang akan dipilih untuk tempat penyimpanan. Ukuran gambar biasanya lebih besar dari apa yang ditampilkan. Diposting oleh Chrisanthana di 3 komentar Unknown mengatakan... many thanks buat ide kreatifnya.., sangat membantu saya dalam pelayanan anak sekolah minggu GPdI Bukit Sion Tipar Cakung, Jesus bless you kak Chris - <3 3 Februari 2014 pukul Unknown mengatakan... semua yang ada di blog ini pastinya sangat memberkati buat kakak- kakak guru sekolah minggu begitu juga dengan anak- anak sekolah minggunya, mereka akan lebih mengenal tokoh- tokoh dan semua cerita alkitab - 3 Februari 2014 pukul Unknown mengatakan... luar biasa kak... 31 Januari 2022 pukul Posting Komentar BahanPembelajaran : Ø Kertas karton dan stick yang sudah jadi untuk masing-masing peserta. Ø Contoh karton, stick, crayon/cat air. Peserta didik nantinya akan dituntun oleh guru untuk memasukan stick yang sudah diwarnai kedalam Koran yang sudah dibentuk tabung oleh guru. Misalnya : 2+3, peserta didik harus mengambil 2 strick dipegang ilustrasi contoh perbuatan baik sesuai ajaran agama islam, sumber gambar merupakan suatu kepercayaan yang dianut oleh seseorang dan digunakan sebagai pedoman untuk memperoleh keselamatan di dunia dan di akherat. Setiap agama tentu mengajarkan tentang hidup yang baik, bijak, dan arif. Salah satu agama yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Indonesia adalah agama Islam. Ada banyak contoh perbuatan baik sesuai ajaran agama Islam yang dapat diteladani oleh para dua jenis perbuatan baik, yaitu perbuatan baik yang dilakukan untuk Tuhan dan perbuatan baik yang dilakukan kepada makhluk hidup. Perbuatan baik yang dilakukan untuk Tuhan disebut dengan ibadah, sedangkan perbuatan baik kepada makhluk hidup ada yang bernilai ibadah dan ada yang tidak. Akan tetapi, dalam agama Islam kita mengenal perbuatan baik dan perbuatan buruk yang setiap tindakannya akan selalu dicatat oleh perbuatan yang kita lakukan di dunia ini akan diketahui oleh tuhan, baik perbuatan yang dilakukan secara terang-terangan atau yang dilakukan sembunyi-sembunyi. Allah SWT memiliki dua malaikat pencatat amal baik dan amal buruk yang akan selalu mengikuti manusia ke mana pun mereka Perbuatan Baik Sesuai Ajaran Agama Islamilustrasi contoh perbuatan baik sesuai ajaran agama islam, sumber gambar dari buku Cermin Muslim oleh Helmy 2020, manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang memiliki nilai unggul dibanding makhluk semesta lainnya. Hal ini karena manusia dibekali dengan kemuliaan dan keutamaan yang luar biasa, yaitu akal. sebagai makhluk yang berakal, hendaknya kita mampu membedakan mana perbuatan baik dan mana yang buruk. Inilah contoh perbuatan baik sesuai ajaran agama Islam yang perlu diketahuiMemberikan harta, uang, atau makanan yang kita miliki kepada orang yang makan hewan dan menyirami tumbuhanBertegur sapa dengan ramah kepada orang yang dikenalMenghormati sesama manusia, terutama yang berusia lebih tuaBerkata dengan sopan, dan menghindari perkataan kasarMembantu pekerjaan orang tuaMenolong orang yang sedang kesusahanMengamalkan ilmu kepada orang lainSelalu bersyukur di setiap keadaanSelalu menjaga kebersihan tempat tinggal dan di mana pun kita beradaItulah beberapa contoh perbuatan baik sesuai ajaran agama Islam. Pada dasarnya, masih banyak perbuatan baik yang dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Agar perbuatan baik yang kita lakukan dapat bernilai ibadah dan mendapatkan pahala, sebaiknya lakukan dengan ikhlas dan tulus semata-mata karena Allah SWT.DLA

Seseorangyang memmpelajari ilmu ini akan memiliki pengetahuan tentang criteria perbuatan baik dan buruk, dan selanjutnya ia akan banyak mengetahui perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk. Ilmua akhlak atau akhlak yang mulia juga berguna dalam mengarahkan dan mewarnai berbagai aktivitas kehidupan manusia disegala bidang.

1Buku Guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti SD 2Hak Cipta © 2015 pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dilindungi Undang-undang MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Disklaimer Buku ini merupakan buku guru yang dipersiapkan Pemerintah dalam rangka implementasi Kurikulum 2013. Buku guru ini disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan dipergunakan dalam tahap awal penerapan. Kurikulum 2013. Buku ini merupakan “dokumen hidup” yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan dan perubahan zaman. Masukan dari berbagai kalangan diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini. Katalog Dalam Terbitan KDT Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti buku guru / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. - Jakarta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015. xiv, 260 hlm. ilus. ; 25 cm. Untuk SD Kelas III ISBN 978-602-1530-21-4 jilid lengkap ISBN 978-979-1530-24-5 jilid 3 1 Katolik – Studi dan Pengajaran I. Judul II. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 230 Kontributor Naskah Susi Bonardy dan Yenny Suria Nihil Obstat Fx. Adisusanto SJ 14 Agustus 2014 Imprimatur Mgr. John Liku Ada 21 Agustus 2014 Penelaah Fx. Adisusanto SJ Penyelia Penerbitan Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud Cetakan Ke - 1, 2015 3Kata Pengantar Kata Pengantar Agama terutama bukanlah soal mengetahui mana yang benar atau yang salah, tetapi mengetahui dan melakukannya seperti dikatakan oleh Santo Yakobus “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian juga iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati” Yakobus 226. Demikianlah, belajar bukan sekadar untuk tahu, melainkan dengan belajar seseorang menjadi tumbuh dan berubah serta mengubah keadaan. Kurikulum 2013 dirancang agar tahapan pembelajaran memungkinkan peserta didik berkembang dari proses menyerap pengetahuan dan mengembangkan keterampilan hingga memekarkan sikap serta nilai-nilai luhur kemanusiaan. Pembelajaran agama diharapkan tak hanya menambah wawasan keagamaan, tapi juga mengasah “keterampilan beragama” dan mewujudkan sikap beragama peserta didik. Tentu saja sikap beragama yang utuh dan berimbang, mencakup hubungan manusia dengan Penciptanya dan hubungan manusia dengan sesama dan lingkungan sekitarnya. Untuk memastikan keseimbangan ini, pelajaran agama perlu diberi penekanan khusus terkait dengan budi pekerti. Hakikat budi pekerti adalah sikap atau perilaku seseorang dalam berinteraksi dengan Tuhan, diri sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa, serta alam sekitar. Agar terpancar kesantunan dan kemuliaan dalam interaksi tersebut, kita perlu menanamkan kepada peserta didik nilai-nilai karakter seperti kejujuran, kedisiplinan, cinta kebersihan, cinta kasih, semangat berbagi, optimisme, cinta tanah air, kepenasaran intelektual, dan kreativitas. Buku Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kelas III ditulis dengan semangat itu. Pembelajarannya dibagi-bagi dalam kegiatan-kegiatan keagamaan yang harus dilakukan peserta didik dalam usaha memahami pengetahuan agamanya dan diaktualisasikan dalam tindakan nyata dan sikap keseharian yang sesuai dengan tuntunan 4Peran guru sangat penting untuk meningkatkan dan menyesuaikan daya serap peserta didik dengan ketersediaan kegiatan yang ada pada buku ini. Penyesuaian ini antara lain dengan membuka kesempatan luas bagi guru untuk berkreasi dan memperkayanya dengan kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan, yang bersumber dari lingkungan alam, sosial, dan budaya sekitar. Sebagai edisi pertama, buku ini sangat terbuka dan terus dilakukan perbaikan untuk penyempurnaan. Oleh karena itu, kami mengundang para pembaca memberikan kritik, saran dan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada edisi berikutnya. Atas kontribusi tersebut, kami mengucapkan terima kasih. Mudah-mudahan kita dapat memberikan yang terbaik bagi kemajuan dunia pendidikan dalam rangka mempersiapkan generasi seratus tahun Indonesia Merdeka 2045. Jakarta, Januari 2015 5Kata PengantarDaftar Isi Kata Pengantar Daftar Isi Pendahuluan Pelajaran I. Pribadi Peserta Didik A. Saya Tumbuh dan Berkembang B. Saya Mampu Membedakan Perbuatan Baik dan Buruk Pelajaran II Yesus Kristus A. Kisah Yakub B. Kisah Yusuf C. Kisah Musa D. Yohanes Pembaptis E. Percakapan dengan Nikodemus F. Yesus memberi Makan Lima Ribu Orang G. Perumpamaan Tentang Anak yang Hilang Pelajaran III Gereja A. Sakramen Baptis B. Sakramen Ekaristi C. Sakramen Tobat D. Iman E. Harapan F. Kasih Pelajaran IV Masyarakat A. Pemimpin Masyarakat B. Tradisi Masyarakat C. Melestarikan Lingkungan Alam Daftar Pustaka i iii v 1 2 15 29 29 44 58 73 86 99 112 129 130 145 161 179 190 204 219 219 230 241 67Kata PengantarPendahuluan Pendidikan iman yang dimulai di dalam keluarga perlu dikembangkan lebih lanjut dalam kebersamaan dengan jemaat yang lain. Pengembangan iman dilakukan dengan bantuan pastor, katekis dan guru agama. Negara wajib menjaga dan memfasilitasi agar pendidikan iman bisa terlaksana dengan baik sesuai dengan iman masing-masing. Salah satu bentuk pendidikan iman yang dilaksanakan secara formal dalam konteks sekolah disebut pelajaran agama. Dalam konteks Agama Katolik, pelajaran agama di sekolah dinamakan Pendidikan Agama Katolik yang merupakan salah satu realisasi tugas dan perutusan Gereja untuk menjadi pewarta dan saksi Kabar Gembira Yesus Kristus. Melalui Pendidikan Agama Katolik, peserta didik dibantu dan dibimbing agar semakin mampu memperteguh iman terhadap Tuhan sesuai ajaran agama. Buku Guru Pendidikan Agama Katolik Kelas III SD tetap memperhatikan dan mengusahakan penghormatan terhadap agama dan kepercayaan lain. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan hubungan antar umat beragama yang harmonis dalam masyarakat Indonesia yang plural demi terwujudnya persatuan nasional. Dengan kata lain Pendidikan Agama Katolik bertujuan membangun hidup beriman kristiani peserta didik. Membangun hidup beriman Kristiani berarti membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus yang memiliki keprihatinan tunggal terwujudnya Kerajaan Allah dalam hidup manusia. Kerajaan Allah merupakan situasi dan peristiwa penyelamatan, yaitu situasi dan perjuangan untuk perdamaian dan keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan, persaudaraan dan kesatuan, kelestarian lingkungan hidup yang dirindukan oleh setiap orang dari berbagai agama dan kepercayaan. B. Hakikat Pendidikan Agama Katolik Pendidikan Agama Katolik adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan 8ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama Katolik, dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama di masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan salah satu usaha untuk memampukan peserta didik berinteraksi berkomunikasi, memahami, menggumuli dan menghayati iman. Dengan kemampuan berinteraksi antara pemahaman iman, pergumulan iman dan penghayatan iman itu diharapkan iman peserta didik semakin diperteguh. C. Tujuan Pendidikan Agama Katolik Pendidikan Agama Katolik pada dasarnya bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan untuk membangun hidup yang semakin beriman. Membangun hidup beriman Kristiani berarti membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus, yang memiliki keprihatinan tunggal, yakni Kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan situasi dan peristiwa penyelamatan; situasi dan perjuangan untuk perdamaian dan keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan, persaudaraan dan kesetiaan, kelestarian lingkungan hidup, yang dirindukan oleh setiap orang dari berbagai agama dan kepercayaan. D. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Katolik Ruang lingkup pembelajaran dalam Pendidikan Agama Katolik mencakup empat aspek yang memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Keempat aspek yang dibahas secara lebih mendalam sesuai tingkat kemampuan pemahaman peserta didik adalah 1. Pribadi peserta didik Ruang lingkup ini membahas pemahaman diri sebagai pria dan wanita yang memiliki kemampuan dan keterbatasan, kelebihan dan kekurangan dalam berelasi dengan sesama serta lingkungan sekitarnya. 2. Yesus Kristus Ruang lingkup ini membahas bagaimana meneladani pribadi Yesus Kristus yang mewartakan Allah Bapa dan Kerajaan Allah, seperti yang terungkap dalam Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. 93. Gereja Ruang lingkup ini membahas makna Gereja, bagaimana mewujudkan kehidupan menggereja dalam realitas hidup sehari-hari. 4. Masyarakat Ruang lingkup ini membahas secara mendalam hidup bersama dalam masyarakat sesuai firman /sabda Tuhan, ajaran Yesus dan ajaran Gereja. E. Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Proses itu mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dalam Pendidikan Agama Katolik, Pendekatan Pembelajaran lebih ditekankan pada pendekatan yang didalamnya terkandung tiga proses, yaitu proses pemahaman, pergumulan yang diteguhkan dengan terang Kitab Suci/ajaran Gereja, dan pembaharuan hidup yang terwujud dalam penghayatan iman sehari-hari. 10F. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti kelas III Kompetensi Inti Kompetensi Dasar 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya Mensyukuri pertumbuhan dan perkembangan diri sebagai anugerah Allah Mensyukuri bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk membedakan perbuatan yang baik dan buruk Menerima karya keselamatan Allah yang dialami oleh tokoh-tokoh Perjanjian Lama seperti Yakub, Yusuf , Musa dan tokoh Perjanjian Baru Yohanes Pembaptis Menerima Yesus dan karya-Nya melalui kisah percakapan Yesus dengan Nikodemus, penggandaan lima roti-dua ikan, dan kisah anak yang hilang Menerima makna dan tata perayaan sakramen Baptis, Ekaristi dan tobat sebagai tanda karya keselamatan Allah bagi manusia Menerima keutamaan Kristiani sebagai tanggapan atas karya keselamatan Allah Menerima pemimpin dan tradisi masyarakat sebagai wujud karya keselamatan Allah Menjalankan kegiatan masyarakat sebagai perwujudan kesadaran bahwa dirinya adalah anggota masyarakat. 112. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya Bertanggung jawab terhadap pertumbuhan dan perkembangan diri Menunjukkan kemampuan untuk membedakan perbuatan baik dan buruk Menunjukkan kepercayaannya akan karya keselamatan Allah yang dialami oleh tokoh-tokoh Perjanjian lama seperti Yakub, Yusuf, Musa dan tokoh Perjanjian Baru Yohanes Pembaptis Menunjukkan kepercayaannya akan Yesus dan karya-Nya melalui kisah percakapan Nikodemus, penggandaan lima roti-dua ikan, dan kisah anak yang hilang Menunjukkan rasa hormat dan percaya akan makna dan tata perayaan sakramen Baptis, Ekaristi dan Tobat sebagai karya keselamatan Allah bagi manusia Bertanggung jawab dalam keutamaan Kristiani sebagai tanggapan atas karya keselamatan Allah Bersikap santun terhadap pemimpin dan tradisi masyarakat sebagai wujud karya keselamatan Allah Bertanggung jawab dalam kegiatan masyarakat sebagai perwujudan kesadaran bahwa dirinya adalah anggota masyarakat. 123. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah Mengenal pertumbuhan dan perkembangan diri sebagai anugerah Tuhan Memahami bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk membedakan perbuatan baik dan buruk Mengenal karya keselamatan Allah yang dialami oleh tokoh-tokoh Perjanjian lama seperti Yakub, Yusuf, Musa dan tokoh Perjanjian Baru Yohanes Pembaptis Mengenal Yesus dan karya-Nya melalui kisah percakapan Nikodemus, penggandaan lima roti-dua ikan, dan kisah anak yang hilang Mengenal makna dan tata perayaan sakramen Baptis, Ekaristi dan Tobat sebagai karya keselamatan Allah bagi manusia Memahami keutamaan Kristiani sebagai tanggapan atas karya keselamatan Allah Mengenal pemimpin dan tradisi masyarakat sebagai wujud karya keselamatan Allah Memahami keterlibatan dalam kegiatan masyarakat sebagai perwujudan kesadaran bahwa dirinya adalah anggota masyarakat. 134. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia Mendaraskan doa syukur atas kemampuan diri yang dianugerahkan Tuhan Memilih dan melakukan perbuatan yang baik Meneladani tindakan baik dari tokoh-tokoh Perjanjian lama seperti Yakub, Yusuf, Musa dan tokoh Perjanjian Baru Yohanes Pembaptis Memberikan bantuan kepada orang yang memerlukan pertolongan seturut teladan Yesus seperti ditemukan dalam kisah percakapan Nikodemus, penggandaan lima roti-dua ikan, dan anak yang hilang Menghayati makna dan tata perayaan sakramen Baptis, Ekaristi dan Tobat dengan baik Terlibat dalam keutamaan Kristiani sebagai tanggapan atas karya keselamatan Allah Meneladani pemimpin dan tradisi masyarakat sebagai wujud karya keselamatan Allah Terlibat dalam kegiatan masyarakat sebagai perwujudan kesadaran bahwa dirinya adalah anggota masyarakat. 1415Bab 1 Pribadi Peserta Didik dan Lingkungannya Ada empat ruang lingkup pokok ajaran iman yang dibahas di dalam buku pendidikan agama katolik ini, yaitu 1 Pribadi peserta didik dan lingkungannya; 2 Pribadi Yesus Kristus; 3 Gereja; 4 Masyarakat. Keempat ruang lingkup tersebut menggambarkan proses yang sejalan dengan perkembangan antropologis dan psikologis peserta didik. Tema pertama adalah pribadi peserta didik dan lingkungannya, membicarakan tentang pribadi peserta didik dan pengalaman hidupnya, termasuk relasinya dengan sesama dan lingkungan hidupnya. Untuk mengembangkan diri menjadi orang beriman sejati, peserta didik perlu mengenal dirinya sendiri, sebagaimana terungkap dalam pepatah “tak seorang pun dapat menemukan Tuhan tanpa mengenal dirinya”. Sebagai pribadi, peserta didik perlu menyadari bahwa dirinya tidak dapat berkembang tanpa peran dan bantuan sesama yaitu orangtua, keluarga, teman, dan lingkungan. Kesadaran akan peran-peran pihak luar terhadap dirinya, sewajarnya ditanggapi dengan berbagai bentuk ucapan syukur seperti doa, nyanyian dan perbuatan konkret sehari-hari. Secara khusus, tema ini akan membahas tentang A. Saya tumbuh dan berkembang 16A. Saya Tumbuh dan Berkembang Kompetensi Inti 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya. 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati mendengar, melihat, membaca dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah. 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. Kompetensi Dasar Mensyukuri pertumbuhan dan perkembangan diri sebagai anugerah Allah. Bertanggung jawab terhadap pertumbuhan dan perkembangan diri. Mengenal pertumbuhan dan perkembangan diri sebagai anugerah Allah. Mendaraskan doa syukur atas kemampuan diri yang dianugerahkan Tuhan. Indikator 1. Membandingkan keadaan dirinya sebelum bersekolah dengan keadaannya saat kini. 2. Menjelaskan bahwa kemampuan untuk tumbuh dan berkembang adalah anugerah Tuhan yang harus dikembangkan dengan rasa tanggung jawab. 3. Mengucapkan doa syukur atas pertumbuhan dan perkembangan 17BahanKajian 1. Perbedaan-perbedaan keadaan diri anak sebelum bersekolah dengan keadaannya saat kini. 2. Tuhan memberi manusia anugerah untuk bertumbuh dan berkembang. 3. Doa syukur atas anugerah Tuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan diri. Sumber Belajar 1. Komkat KWI 2010. Menjadi sahabat Yesus . Pendidikan Agama Katolik untuk SD Kelas III. Yogyakarta Kanisius 2. Pengalaman peserta didik dan guru 3. Lembaga Alkitab Indonesia, 2004. Alkitab. Jakarta Lembaga Alkitab Indonesia. Pendekatan Kateketis dan saintifik Metode Pengamatan gambar, bercerita, tanya jawab, penugasan Waktu 4 jam pelajaran Jika pelajaran ini dilaksanakan secara terpisah dalam dua kali pertemuan atau lebih, pengaturan pelaksanaannya diserahkan kepada guru. PemikiranDasar Bertumbuh dan berkembang adalah suatu proses kehidupan yang dialami setiap orang. Demikian halnya peserta didik, mereka akan mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan mulai dari bayi hingga dewasa. Ketika bayi, kemampuannya masih sangat terbatas. Ia sepenuhnya bergantung kepada orang tua dan orang dewasa lainnya untuk mengurus seluruh kebutuhan hidupnya. Namun, seiring dengan bertambahnya usia, dengan bimbingan orang tua dan para pendidik, peserta didik mengalami berbagai perubahan dan perkembangan tahap demi tahap. Tubuh, pikiran, dan perasaannya terus bertumbuh dan berkembang sehingga bertambah pula 18Melalui pelajaran ini, peserta didik diharapkan untuk menyadari bahwa sesungguhnya kemampuan dirinya untuk bertumbuh dan berkembang adalah anugerah dari Tuhan sang Pencipta. Anugerah ini hendaknya disyukuri dan dikembangkan dengan baik. Hendaknya mereka sadari bahwa anugerah Tuhan ini bukanlah barang jadi, melainkan berupa potensi diri yang harus diolah dengan usaha yang sungguh-sungguh. Dalam hal ini mereka harus bersekolah, harus belajar dan berlatih dengan sekuat tenaga; harus taat dan setia pada nasihat para pendidik agar dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan. Tuhan memberkati usaha manusia untuk mengembangkan potensi dirinya. Oleh karena itu, hendaknya peserta didik selalu memohon pertolongan Tuhan dalam usaha mengembangkan potensi dirinya. Selain itu, mereka tidak boleh lupa mengucap syukur atas setiap kemajuan yang mereka capai berkat pertolongan Tuhan. Dengan demikian, diharapkan bahwa mereka akan selalu mengandalkan campur tangan Tuhan di dalam setiap usaha untuk bertumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang sukses. Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan Guru mengajak peserta didik memulai pelajaran dengan berdoa dan bernyanyi, misalnya Doa Ya Tuhan, kami bersyukur karena diberi anugerah untuk bertumbuh dan berkembang. Bimbinglah kami untuk menjadi anak yang sehat, kuat, cerdas dan berbakti kepada-Mu. Amin 19Pertama lagu dinyanyikan bersama-sama. Kemudian bervariasi, misalnya tampil berkelompok di depan kelas, dengan ekspresi dan gerakan yang sesuai. Langkah Pertama Menggali Pengalaman Hidup 1. Pengamatan Guru mengajak peserta didik mengamati gambar anak yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun kemampuannya. lihat Buku Siswa hal. 3 Kemudian guru memberi pengantar tentang gambar, misalnya Ketika masih bayi, kemampuan kita masih sangat terbatas. Kita belum mampu berjalan, apalagi berlari. Kemampuan berbicara kita pun masih sangat terbatas. Namun keadaannya berubah seiring dengan bertambahnya usia kita. Kemampuan kita bertambah dari hari ke hari. Banyak hal yang mampu kita lakukan sendiri, seperti keadaan kita sekarang ini. 202. Pendalaman Guru mengajak peserta didik menanggapi gambar anak yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun kemampuannya lihat Buku Siswa hal. 3 dengan cara bertanya, atau membandingkan kemampuannya waktu kecil dengan kemampuannya saat kini. Jika belum ada peserta didik yang bertanya, guru dapat memulai dengan pertanyaan, misalnya • Ceritakan kemampuan apa saja yang dapat kamu lakukan sebelum bersekolah dan kemampuan apa saja yang dapat kamu lakukan saat ini. • Ceritakan apa yang kamu lakukan sehingga dirimu bertumbuh sehat dan bisa melakukan berbagai kemampuan. • Ceritakan siapa sajakah orang yang berjasa membantumu untuk bertumbuh dan berkembang? Apa saja yang mereka lakukan? • Bagaimana sikapmu yang baik untuk menghargai jasa mereka? 3. Peneguhan Guru memberikan peneguhan berdasarkan pertanyaan, ungkapan perasaan dan pengalaman siswa, misalnya Tubuh kita akan terus bertambah besar hingga menjadi dewasa. Kita harus makan dan istirahat yang cukup agar tubuh bertumbuh sehat dan kuat. Pikiran dan perasaan kita juga akan terus berkembang menjadi cerdas dan bijaksana. Orangtua, guru, dan para pendidik lain-nya senantiasa membantu kita untuk tumbuh dan berkembang. Karena itu teruslah belajar dan berlatih dengan tekun. Ikutilah nasihat orang tua, guru dan para pendidik dengan taat dan penuh semangat. 4. Penugasan Guru mengajak peserta didik mewarnai gambar tentang seorang anak yang sedang belajar di kelas dibantu oleh gurunya. Kemudian peserta didik memberi judul gambar dan menuliskan pesannya untuk anak yang sedang belajar pada gambar. lihat Buku Siswa hal. 4 5. Peneguhan Guru memberikan peneguhan berdasarkan pesan-pesan peserta didik, misalnya Ada bermacam-macam pelajaran yang harus kita pelajari. Ada pelajaran yang mudah, tetapi ada juga yang sulit. Semua pelajaran penting, kita harus mempelajarinya dengan sepenuh hati. Belajarlah dengan gembira 21Langkah Kedua Menggali Pengalaman Kitab Suci 1. Pengamatan Guru mengajak peserta didik mengamati gambar Yesus dan seorang anak yang memandang Yesus dengan rasa kagum. Lihat Buku Siswa Kemudian peserta didik mendengarkan bacaan Kitab Suci dan pengantar sesudah bacaan. Yesus Bertambah Besar Lukas 239-40 Setelah Yesus dipersembahkan di Bait Allah oleh orang tua-Nya, mereka kembali ke rumah-Nya di Nasaret. Yesus bertambah besar dan kuat. Ia bijaksana sekali, kasih karunia Allah ada pada-Nya. Guru memberi pengantar, misalnya Sebagai manusia, Yesus juga mengalami pertumbuhan dan perkembangan diri-Nya. Ia dibesarkan di dalam satu keluarga. Orang tua-Nya merawat dan mendidik Yesus dengan sepenuh hati. Yesus, dan kita semua diberi anugerah oleh Allah Bapa di surga untuk bertumbuh dan berkembang menjadi manusia yang sehat, kuat, cerdas dan bijaksana. 2. Pendalaman. Guru mengajak peserta didik untuk menanggapi gambar dan bacaan Kitab Suci tentang Yesus yang bertambah besar dan bijaksana dengan bertanya, mengungkapkan perasaan atau pendapatnya. Jika belum ada peserta didik yang bertanya, guru dapat memulai dengan pertanyaan, misalnya • Selain tubuh-Nya bertambah besar, apa lagi pekembangan yang dialami Yesus? • Siapa sajakah orang yang membantu Yesus untuk bertumbuh dan berkembang? • Apa saja yang ingin kamu lakukan supaya menjadi anak yang sehat, cerdas, dan bijaksana seperti Yesus? • Pernahkah kamu mengucap syukur pada Tuhan yang telah 223. Peneguhan Guru memberikan peneguhan berdasarkan ungkapan dari peserta didik, misalnya Tubuh, pikiran, dan perasaan kita akan terus bertumbuh dan berkembang, seperti yang dialami Yesus. Tuhan memberi kita karunia untuk bertumbuh dan berkembang menjadi anak sehat, kuat dan cerdas. Tetapi kita harus belajar dan berlatih dengan tekun, taat pada nasehat orang tua dan guru. Karena itu belajar dan berlatih dengan sepenuh hati. Berdoalah agar Tuhan memberimu berkat untuk menjadi anak yang sehat, cerdas dan bijaksana, seperti Yesus. Langkah Ketiga Refleksi dan Aksi 1. Refleksi Guru mengajak peserta didik untuk membandingkan pengalamannya dengan pengalaman Kitab Suci, misalnya Sudah taatkah saya pada orang tua dan guru yang menolongku untuk tumbuh dan berkembang? 2. Aksi Buatlah jadwal belajar di rumah, yang akan kamu laksanakan setiap hari agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak cerdas, disiplin dan bijaksana. Jadwal dibuat untuk setiap minggu. Mintalah orang tuamu dan guru untuk menandatanganinya, dan tempelkan jadwal tersebut di dekat meja belajarmu. Misalnya Hari Yang akan Kulakukan Keterangan 23Tanda tangan orang tua Tanda tangan guru Penutup Guru memberi rangkuman dengan mengajak peserta didik untuk mengingat kembali gagasan yang menjadi inti pewartaan, serta menutup pelajaran dengan doa. Rangkuman Guru memberi rangkuman atas pelajaran ini, misalnya • Setiap orang mengalami pertumbuhan dan perkembangan dirinya. • Tubuh kita akan terus bertambah besar hingga dewasa. • Kita harus makan dan istirahat yang cukup agar tubuh bertumbuh sehat dan kuat. • Pikiran dan perasaan kita juga berkembang sehingga kemampuan kita terus bertambah. Tetapi kita harus rajin belajar dan belatih. • Semua pelajaran penting untuk mencerdaskan kita. • Karena itu berusahalah untuk pandai dalam setiap pelajaran di sekolah. 24• Tuhan memberi kita kemampuan untuk tumbuh dan berkembang. • Bersyukurlah pada Tuhan yang telah memberimu kemampuan untuk tumbuh dan berkembang. • Mintalah pertolongan Tuhan dan turutilah nasehat orang tua dan para guru. Doa Guru mengajak peserta didik menutup pelajaran dengan berdoa, misalnya Ya Tuhan yang baik berilah kami semangat dan ketekunan di saat belajar dan berlatih untuk menjadi anak yang cerdas, kuat, dan bijaksana seperti Yesus. Amin Penilaian 1. Penilaian Sikap Religius/Spiritual • Teknik Observasi langsung • Pedoman Observasi Sikap Spiritual Petunjuk Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap spiritual peserta didik Berilah tanda cek √ pada kolom skor sesuai sikap spiritual yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut 4 = Selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan. 3 = Sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan. 2 = Kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan. 1 = Tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan. Nama Peserta Didik ... Kelas ... Tanggal Pengamatan ... Materi Pokok ... 25No. Aspek Pengamatan Skor 1 2 3 4 1. Berdoa dengan khusuk sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran. 2. Bersikap hormat pada saat membaca atau mendengar pembacaan Kitab Suci 3. Menyebutkan nama Tuhan dengan penuh hormat tidak mempermainkan nama Tuhan 4. Aktif mengungkapkan pendapatnya yang berkaitan dengan tema pembelajaran 5. Hormat terhadap guru, karyawan sekolah sebagai perwujudan iman dalam hidupnya. Jumlah Skor Total skor yang diperoleh Petunjuk Penskoran Jumlah skor maksimal 5 x 4 = 20 Perhitungan skor akhir menggunakan rumus Skor yang diperoleh - X 4 = Skor akhir 262. Penilaian Pengetahuan Tes tertulis No. Kompetensi Dasar Indikator No. Soal Bentuk Soal Skor Mengenal pertumbuhan dan perkembangan diri sebagai anugerah Allah Mendasarkan doa syukur atas kemampuan diri yang dianugrahkan Tuhan. Siswa dapat membandingkan perbedaan dirinya waktu kecil dengan saat kini Menjelaskan bahwa Tuhan memberi manusia anugerah untuk tumbuh dan berkembang, baik tubuh, pikiran dan perasaannya. Membuat doa Syukur atas pertumbuhan dan perkembangan dirinya sebagai anugerah Allah 1 PG 7 2 PG 7 4 Uraian 10 3 PG 7 4 PG 7 5 PG 7 1 Uraian 10 2 Uraian 15 5 Uraian 15 3 Uraian 15 27Butir Soal A. Pilihlah a, b, atau c pada jawaban yang paling tepat! 1. Adik bayi yang baru lahir memiliki kemampuan... a. membaca b. berlari c. menangis 2. Anak-anak TK memiliki kemampuan... a. berlari b. memasak c. mengepel 3. Aku menjadi pandai saat di sekolah karena dibimbing oleh... a. orangtua b. guru c. teman 4. Supaya tubuh sehat aku harus makan... a. kerupuk b. sayuran c. permen 5. Aku harus rajin belajar supaya... a. pandai b. kuat c. sehat B. Jawablah dengan tepat! 1. Di kota manakah Yesus dibesarkan? 2. Mengapa selain makan makanan yang sehat aku juga perlu istirahat? 3. Mengapa aku harus menuruti nasihat guru di sekolah? 4. Tulislah kemampuan apa saja yang aku miliki saat ini! 5. Tulislah doa syukur atas perkembangan dirimu! 3. Penilaian Keterampilan Cobalahwawancara dengan orang yang tumbuh dan berkembang dengan baik sehingga ia berhasil dalam hidupnya. Tanyakan kepadanya apa saja yang ia lakukan sehingga dapat berhasil. Pengayaan Bagi peserta didik yang telah memahami pelajaran ini, diberikan pengayaan dengan mengisi tabel tentang keadaan dirinya saat kini, lalu memproyeksikan pertumbuhan dan perkembangan yang ia harapkan setelah dewasa; kemudian menuliskan hal-hal yang akan ia lakukan supaya mencapai pertumbuhan dan perkembangan itu, misalnya 28No. Aspek Pertumbuhan dan Perkembangan Keadaan Sekarang Setelah Dewasa 1. Tinggi badan 2, Berat badan 3. Ukuran sepatu 4. Kekuatan angka beban dalam kilogram 5. Kemampuan menyetir jenis kendaraan 6. Tingkat pendidikan 7. Bahasa yang dikuasai 8. Jarak yang mampu ditempuh dengan berlari Yang akan kulakukan supaya mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang kuharapkan setelah dewasa ... ... ... ... ... ... ... ... Remedial Bagi peserta didik yang belum memahami pelajaran ini, diberikan remedial dengan kegiatan 1. Guru mengajak peserta didik menyebutkan hal-hal yang belum mereka pahami. 2. Berdasarkan hal-hal yang belum mereka pahami, guru mengajak peserta didik untuk mempelajari kembali dengan memberikan bantuan dan peneguhan yang lebih praktis. 293. Guru memberikan penilaian ulang untuk penilaian pengetahuan dengan pertanyaan yang lebih sederhana, misalnya a. Apa yang harus kamu lakukan agar badan bisa tumbuh menjadi kuat dan sehat? b. Tulislah kemampuan yang kamu miliki saat ini. c. Untuk apakah kita belajar? d. Siapakah yang membantumu belajar di sekolah? e. Siapakah yang membantumu belajar di rumah? B. Saya Mampu Membedakan Perbuatan Baik dan Buruk KompetensiInti 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangganya . 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah. 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. KompetensiDasar Mensyukuri bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk membedakan perbuatan baik dan buruk. Menunjukkan kemampuan untuk membedakan perbuatan baik dan buruk. Memahami bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk membedakan perbuatan yang baik dan buruk. 30Indikator 1. Membedakan perbuatan yang baik dan yang buruk atau jahat. 2. Menyebutkan akibat-akibat dari perbuatan yang baik dan yang buruk atau jahat. 3. Mengungkapkan nasihat tentang membalas kejahatan orang lain dengan kebaikan. Tujuan 1. Setelah mengamatin gambar peserta didik mampu membedakan perbuatan yang baik dan yang buruk atau jahat. 2. Setelah bertukar pengalaman peserta didik mampu menyebutkan akibat-akibat dari perbuatan yang baik dan yang buruk atau jahat. 3. Setelah mendengarkan dan mendalami bacaan Kitab Suci peserta didik mampu mengungkapkan nasihat tentang membalas kejahatan orang lain dengan kebaikan. BahanKajian 1. Perbuatan yang baik dan yang buruk atau jahat. 2. Akibat-akibat dari perbuatan yang baik dan yang buruk atau jahat. 3. Nasihat tentang membalas kejahatan orang lain dengan kebaikan. SumberBelajar 1. Komkat KWI 2010. Menjadi Sahabat Yesus. Pendidikan Agama Katolik untuk SD kelas Kanisius 2. Pengalaman peserta didik dan guru 3. Lembaga Alkitab Indonesia, 2004. Alkitab. Jakarta Lembaga Alkitab Indonesia. Pendekatan Kateketis dan saintifik Metode Pengamatan gambar, tanya jawab, penugasan Waktu 4 Jam Pelajaran.Jika pelajaran ini dilaksanakan dalam dua kali pertemuan atau lebih secara terpisah, maka pelaksanaannya diatur oleh guru 31Pemikiran Dasar Di dalam diri kita ada suara hati yang selalu mendorong untuk melakukan yang baik. Jika kita menuruti dorongan suara hati, maka hidup kita akan baik dan benar. Namun ada juga pengaruh buruk yang sering menggoda atau menghalangi kita untuk melakukan yang baik dan benar. Pengaruh buruk ini juga menimbulkan banyak masalah pada anak-anak. Orang tua dan para guru berusaha mendidik mereka untuk hidup baik dan benar. Tetapi para iblis menghasut setiap anak untuk melakukan perbuatan buruk atau bahkan jahat. Keadaan ini tentu tidak kita inginkan. Karena itu anak-anak perlu mendapatkan bimbingan agar mampu membedakan yang baik dan buruk. Dalam Roma 129-21 Rasul Paulus memberi nasihat agar kita membenci yang jahat, dan berpegang kepada apa yang baik dan benar. Beliau menasihati kita untuk mengalahkan kejahatan dengan berbuat baik. Sebab sesungguhnya Tuhan telah memberi kita kemampuan untuk melakukan yang baik dan menolak yang jahat atau buruk. Tuhan telah menanamkan kemampuan itu di dalam hati kita. Semoga kita taat pada perintah suara hati, selalu memilih untuk melakukan yang baik dan benar. Melalui pelajaran ini, peserta didik diharapkan mampu membedakan yang baik dan buruk, memiliki keteguhan hati untuk memilih melakukan yang baik dan menolak yang buruk. Dengan demikian mereka memiliki landasan yang kuat untuk bertumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang cinta akan kebaikan dan kebenaran. Kegiatan Pembelajaran Pembuka Guru mengajak peserta didik mengawali pertemuan dengan berdoa dan bernyanyi, misalnya Tuhan yang baik, ajarilah kami untuk membedakan yang baik dan buruk. Berilah kami semangat untuk melakukan yang baik terhadap semua ciptaan-Mu di dunia ini. Amin 32Pertama lagu dinyanyikan bersama-sama. Kemudian bervariasi, misalnya tampil berkelompok di depan kelas, dengan ekspresi dan gerakan yang sesuai. Langkah Pertama Menggali Pengalaman Hidup 1. Pengamatan Guru mengajak peserta didik untuk mengamati gambar anak yang berbuat baik dan yang berbuat jahat terhadap seekor kelinci. lihat Buku Siswa hal 9. Kemudian guru memberi pengantar tentang gambar, misalnya Hewan diciptakan oleh Tuhan untuk kita manusia. Hewan dipelihara untuk memenuhi kebutuhan kita, sebagai hiburan atau untuk dimakan. Seperti manusia, hewan piaraan membutuhkan kasih sayang agar dapat tumbuh sehat dan memberi manfaat bagi kita. Kalau disiksa, hewan pun akan merasa sakit dan menderita. 2. Pendalaman Guru mengajak peserta didik menanggapi gambar anak yang berbuat baik dan yang berbuat jahat terhadap seekor kelinci dengan memberi kesempatan bertanya, mengungkapkan perasaannya, atau 33menceritakan pengalamannya. Jika belum ada peserta didik yang bertanya, guru dapat memulai dengan pertanyaan, misalnya a. Bandingkan manakah yang menyenangkan bagi kelinci, pada gambar nomor 1 atau 2? Mengapa? b. Ceritakan pengalamanmu melihat hewan diperlakukan baik atau buruk. c. Kalau hewan-hewan itu dapat berbicara, apakah yang akan mereka katakan? d. Manakah yang kamu pilih, berbuat seperti gambar nomor 1 atau 2? Mengapa? 3. Peneguhan Guru memberikan peneguhan berdasarkan pertanyaan, ungkapan perasaan dan pengalaman peserta didik, misalnya Perbuatan manusia ada yang baik tetapi ada juga yang buruk atau jahat. Perbuatan baik akan menimbulkan kegembiraan dan damai sejahtera. Sebaliknya perbuatan buruk atau jahat menimbulkan penderitaan dan kebencian. Kita harus mampu membedakan mana yang baik dan yang buruk atau jahat. 4. Penugasan Guru mengajak peserta didik mewarnai gambar seekor kelinci lihat Buku Siswa hal 10, dan menuliskan perbuatan-perbuatan baik yang akan dilakukannya terhadap kelinci atau hewan piaraan lainnya, misalnya Perbuatan baik yang akan kulakukan terhadap hewan piaraan ... ... ... ... 5. Peneguhan Guru memberikan peneguhan berdasarkan hasil penugasan peserta didik, misalnya Manusia bertanggung jawab atas perbuatannya. Setiap perbuatan baik akan mendapatkan pujian atau penghargaan. Sebaliknya 34Hukuman bisa berupa hukuman fisik, denda atau dikucilkan dari masyarakat. Karena itu berusahalah untuk selalu memilih melakukan yang baik. Langkah Kedua Menggali Pengalaman Kitab Suci 1. Pengamatan Guru mengajak peserta didik mengamati gambar tentang Rasul Paulus yang memberi nasehat kepada umatnya lihat Buku Siswa hal 11, dan mendengarkan bacaan Kitab Suci Nasihat untuk Hidup Dalam Kasih Roma 129-21 Rasul Paulus memberi nasihat Kasihilah dengan ikhlas. Bencilah yang jahat, dan berpeganglah kepada apa yang baik. Hendaklah kamu saling mengasihi satu sama lain seperti orang-orang yang bersaudara dalam satu keluarga, dan hendaknya kamu saling mendahului memberi hormat. Bekerjalah dengan rajin, jangan malas. Bekerjalah untuk Tuhan dengan semangat dari Roh Allah. Hendaklah kamu berharap kepada Tuhan dengan gembira, sabarlah di dalam kesusahan, dan tekunlah berdoa. Bantulah kebutuhan orang-orang Kristen lain dan sambutlah saudara-saudara seiman yang tidak kamu kenal, dengan senang hati di dalam rumahmu. Mintalah kepada Allah supaya Ia memberkati orang-orang yang kejam terhadapmu. Ya, minta Allah memberkati mereka, jangan mengutuk. Ikutlah bergembira dengan orang-orang yang bergembira, dan menangislah dengan mereka yang menangis. Hiduplah rukun satu sama lain. Janganlah bersikap sombong, tetapi sesuaikanlah dirimu dengan orang yang rendah kedudukannya. Jangan menganggap diri lebih pandai daripada yang sebenarnya. Kalau orang berbuat jahat kepadamu, janganlah membalasnya dengan kejahatan. Buatlah apa yang dianggap baik oleh semua orang. Dari pihakmu, berusahalah sedapat mungkin untuk hidup damai dengan semua orang. 35Saudara-saudaraku! Janganlah sekali-kali membalas dendam, biarlah Allah yang menghukum. Sebab di dalam Alkitab tertulis, “Akulah yang membalas. Aku yang akan menghukumnya”, kata Tuhan. Sebaliknya, kalau musuhmu lapar, berilah ia makan; dan kalau ia haus, berilah ia minum. Karena dengan berbuat demikian, kamu akan membuat dia menjadi malu. Janganlah membiarkan dirimu dikalahkan oleh yang jahat, tetapi hendaklah kamu mengalahkan kejahatan dengan kebaikan. 2. Pendalaman Guru mengajak peserta didik menanggapi nasihat Rasul Paulus dengan bertanya, mengungkapkan perasaannya, atau menceritakan pengalamannya dalam berbuat baik. Jika belum ada peserta didik yang bertanya, guru dapat memulai dengan pertanyaan, misalnya a. Apa sajakah nasihat Rasul Paulus? b. Ceritakan pengalamanmu berbuat baik untuk menolong teman atau orang lain. c. Pernahkah kamu tergoda untuk melakukan perbuatan buruk di sekolah atau di rumah? Ceritakan bagaimana perasaanmu! d. Bolehkah kita membalas kejahatan seseorang dengan berbuat jahat juga? Mengapa? e. Pernahkah kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat kepadamu? Ceritakan pengalamanmu. 3. Peneguhan Guru memberikan peneguhan berdasarkan pertanyaan, ungkapan perasaan dan pengalaman peserta didik, misalnya Tuhan memberi kita kemampuan untuk melakukan yang baik, dan menolak yang jahat. Dengan berbuat baik kita akan merasa damai, rukun dengan sesama. Sebaliknya perbuatan jahat membuat orang lain menderita. Perbuatan jahat orang lain hedaknya tidak dibalas dengan berbuat jahat pula, agar tidak menambah permusuhan. Bila kita berbuat baik pada orang yang berbuat jahat, maka ia akan sadar dan berhenti berbuat jahat. Karena itu kalahkanlah setiap kejahatan dengan perbuatan baikmu. 36Langkah Ketiga Refleksi dan Aksi 1. Refleksi Guru mengajak peserta didik untuk membandingkan pengalamannya dengan nasihat Kitab Suci, misalnya • Apakah saya rela berbuat baik pada orang yang berbuat jahat kepadaku? 2. Aksi Guru mengajak peserta didik untuk memilih perbuatan baik yang akan dilakukannya untuk membuat orang yang sering berbuat jahat terhadapnya bertobat, misalnya No. Nama Orang Jahat Perbuatan Baik yang akan Kulakukan padanya Kapan kulaksanakan 1. 2. 3. 4. 5. Penutup Guru memberi rangkuman dengan mengajak peserta didik untuk mengingat kembali gagasan yang menjadi inti pewartaan, serta menutup pelajaran dengan doa 37Rangkuman Guru memberi rangkuman atas pelajaran ini, misalnya • Manusia bertanggung jawab atas setiap perbuatannya. • Setiap perbuatan baik akan mendapatkan pujian atau penghargaan. • Sebaliknya perbuatan buruk atau jahat mendapatkan hukuman yang setimpal. • Hukuman bisa berupa hukuman fisik, denda atau dikucilkan dari masyarakat. • Karena itu berusahalah untuk selalu memilih melakukan yang baik. • Tuhan memberi kita kemampuan untuk melakukan yang baik, dan menolak yang jahat. • Rasul Paulus menasihatkan agar kejahatan seseorang tidak dibalas dengan berbuat jahat, sebab itu akan menambah permusuhan. • Karena itu kalahkanlah setiap kejahatan dengan perbuatan baikmu. Doa Guru mengajak peserta didik untuk menutup pelajaran dengan berdoa, misalnya Tuhan yang baik, Tuntunlah kami agar mampu membedakan yang baik dan buruk. Jauhkanlah kami dari godaan untuk melakukan kejahatan, dan berilah kami semangat untuk memilih melakukan yang baik terhadap semua ciptaan-Mu di dunia ini. Amin Penilaian 1. Penilaian Sikap Religius/Spiritual • Teknik Observasi langsung • Pedoman Observasi Sikap Spiritual Petunjuk Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap spiritual peserta didik 38Berilah tanda cek √ pada kolom skor sesuai sikap spiritual yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut 4 = Selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan. 3 = Sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan. 2 = Kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan. 1 = Tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan. Nama Peserta Didik ... Kelas ... Tanggal Pengamatan ... Materi Pokok ... No. Aspek Pengamatan Skor 1 2 3 4 1. Berdoa dengan khusuk sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran. 2. Bersikap hormat pada saat membaca atau mendengar pembacaan Kitab Suci 3. Menyebutkan nama Tuhan dengan penuh hormat tidak mempermainkan nama Tuhan 4. Aktif mengungkapkan pendapatnya yang berkaitan dengan tema pembelajaran 5. Hormat terhadap guru, karyawan sekolah sebagai perwujudan iman dalam hidupnya. Jumlah Skor Total skor yang diperoleh Petunjuk Penskoran Jumlah skor maksimal 5 x 4 = 20 Perhitungan skor akhir menggunakan rumus Skor yang diperoleh - X 4 = Skor akhir Skor maksimal 392. Penilaian Pengetahuan Tes tertulis No. Kompetensi Dasar Indikator No. Soal Bentuk Soal Skor Memahami bahwa dirinya memiliki kemapuan untuk membedakan perbuatan yang baik dan buruk Memilih dan melakukan perbuatan baik Membedakan perbuatan yang baik dan buruk atau jahat Menyebutkan akibat-akibat dari perbuatan yang baik dan yang buruk atau jahat Mengungkapkan nasihat St. Paulus tentang perbuatan baik dan buruk 1 PG 7 2 PG 7 3 PG 7 4 PG 7 5 PG 7 1 Uraian 10 2 Uraian 15 3 Uraian 15 4 Uraian 15 3 Uraian 15 Jumlah skor= 100 Butir Soal A. Pilihlah a, b, atau c pada jawaban yang paling tepat! 1. Perbuatan baik terhadap hewan piaraan... a. memberi kelinci wortel b. menarik ekor kelinci c. mengikat kaki kelinci 2. Perbuatan buruk yang merusak persahabatan dengan teman... a. memberi salam b. menegur kesalahan teman c. mengejek teman 3. Yang harus bertanggung jawab terhadap perbuatanku... a. orang tuaku b. guruku 404. Rasul Paulus menasihatkan agar kita membalas kejahatan teman dengan... a. berbuat jahat b. berbuat baik c. mencaci maki 5. Dengan berbuat baik kita mendapatkan... a. hukuman b. ejekan c. pujian B. Jawablah dengan tepat! 1. Berilah contoh perbuatan buruk dan baik terhadap hewan piaraan! 2. Mengapa hewan piaraan harus diperlakukan baik? 3. Jelaskan akibat jika kita melakukan perbuatan buruk terhadap teman? 4. Bagaimana sikap yang baik terhadap teman yang jahat pada kita? 5. Sebutkan empat perbuatan baik yang dapat kamu lakukan di rumah. 3. Penilaian Keterampilan Amatilah teman-temanmu saat bermain. Perhatikan siapa saja yang taat pada peraturan bermain dan siapa yang melanggar atau bermain kasar. Tegurlah dengan sopan teman yang melanggar peraturan; dan berilah pujian terhadap teman yang taat pada peraturan bermain. Laporkan hasil pengamatanmu kepada gurumu. Pengayaan Bagi peserta didik yang telah memahami pelajaran ini, diberikan pengayaan dengan tugas membuat slogan yang berisi ajakan untuk senantiasa berbuat baik terhadap semua orang, bahkan terhadap orang jahat. Slogan ditulis dengan huruf indah dan dihiasi sesuai kreasi peserta didik, misalnya • Kalahkanlah kejahatan teman dengan perbuatan baikmu! 41Remedial Bagi peserta didik yang belum memahami pelajaran ini, diberikan remedial dengan kegiatan 1. Guru mengajak peserta didik menyebutkan hal-hal yang belum mereka pahami. 2. Berdasarkan hal-hal yang belum mereka pahami, guru mengajak peserta didik untuk mempelajari kembali dengan memberikan bantuan dan peneguhan yang lebih praktis. 3. Guru memberikan penilaian ulang untuk penilaian pengetahuan dengan pertanyaan yang lebih sederhana, misalnya Berilah tanda silang x pada kolom baik atau buruk. No. Sikap atau Perbuatan Baik Buruk 1 Minta maaf karena telah bersalah terhadap teman 2 Memberi makan hewan piaraan 3 Memusuhi teman karena telah melakukan kesalahan 4 Menegur teman yang melanggar peraturan sekolah 5 Membalas kejahatan teman dengan perbuatan jahat 426 Memberi jawaban soal pada teman saat ulangan 7 Mendamaikan teman yang bermusuhan 8 Mengakui kesalahan di hadapan ayah dan ibuku 9 Berbohong pada guru agar bebas dari hukuman 10 Berbuat baik terhadap teman yang membenciku 43Dalam diri manusia ada kerinduan akan yang ilahi. Kerinduan ini terpenuhi melalui Yesus Kristus. Pada bagian ini peserta didik akan dibimbing untuk meneladani pribadi Yesus Kristus yang mewartakan Allah Bapa dan Kerajaan Allah, seperti yang terungkap dalam Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Iman Katolik berpusat pada pribadi Yesus Kristus sebagai Juru selamat yang dipilih dan diutus oleh Allah untuk mewartakan Kerajaan Allah. Menerima pewartaan Yesus berarti mau mengimani, meneladani Yesus Kristus serta bersedia mewujudkan atau mengamalkan imannya dalam kehidupan sehari-hari. Pada bagian pertama dari pelajaran kedua ini, peserta didik akan menggumuli kisah tokoh-tokoh Perjanjian Lama, sampai dengan Yohanes Pembaptis yang mempersiapkan kedatangan Yesus Kristus. Secara berurutan akan disajikan hal-hal berikut a. Kisah Yakub b. Kisah Yusuf c. Kisah Musa d. Yohanes Pembaptis Pada bagian kedua peserta didik akan menggumuli kisah-kisah tentang Yesus Kristus. Secara berurutan akan disajikan hal-hal berikut a. Percakapan dengan Nikodemus b. Yesus memberi makan lima ribu orang c. Perumpamaan anak yang hilang A. Kisah Yakub KompetensiInti 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, Bab 2 443. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati mendengar, melihat, membaca dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah. 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. KompetensiDasar Menerima karya keselamatan Allah yang dialami oleh tokoh-tokoh Perjanjian Lama, seperti Yakub, Yusuf, Musa dan tokoh-tokoh Perjanjian Baru Yohanes Pembaptis. Menunjukkan kepercayaannya akan karya keselamatan Allah yang dialami oleh tokoh-tokoh Perjanjian Lama seperti Yakub, Yusuf, Musa dan tokoh Perjanjian Baru Yohanes Pembaptis. Mengenal karya keselamatan Allah yang dialami oleh tokoh-tokoh Perjanjian Lama, sepertiYakub, Yusuf, Musa dan tokoh-tokoh Perjanjian Baru Yohanes Pembaptis. Meneladani tindakan baik tokoh-tokoh Perjanjian Lama, sepertiYakub, Yusuf, Musa dan tokoh Perjanjian Baru Yohanes Pembaptis. Indikator 1. Menceritakan kisah Yakub yang menerima berkat anak sulung dari Ishak, ayahnya. 2. Menceritakan pengalamannya menerima berkat Allah melalui orang tua dan rohaniwan. 3. Menjelaskan manfaat dari berkat Allah yang diterimanya. Bahan Kajian 1. Kisah Yakub mendapatkan berkat anak sulung dari Ishak, ayahnya. 2. Berkat Allah melalui orang tua dan para rohaniwan. 3. Manfaat dari berkat Allah yang kita terima. 45Sumber Belajar 1. Komkat KWI 2010. Menjadi sahabat Yesus . Pendidikan Agama Katolik untuk SD Kelas III. Yogyakarta Kanisius 2. Pengalaman peserta didik dan guru 3. Lembaga Alkitab Alkitab. Alkitab Indonesia Pendekatan Kateketis dan saintifik Metode Pengamatan gambar, bercerita, tanya jawab, penugasan Waktu 4 Jam Pelajaran Jika pelajaran ini dilaksanakan secara terpisah dalam dua kali pertemuan atau lebih, pengaturan pelaksanaannya diserahkan kepada guru Pemikiran Dasar Di dalam masyarakat kita telah tumbuh kebiasaan seorang anak menerima berkat atau doa restu dari orang tuanya, terutama bila hendak menghadapi peristiwa besar dalam hidupnya. Misalnya ketika anak hendak menikah atau hendak melakukan suatu tugas di tempat yang jauh. Doa restu atau berkat dari orang tua diyakini akan meneguhkan hati anak dalam menjalani tugas hidupnya hingga mencapai sukses dan kebahagiaan. Kebiasaan yang luhur ini sangat baik jika ditumbuhkembangkan sejak anak masih kecil. Di dalam Kejadian 271-40 diceritakan tentang Yakub yang berusaha mendapatkan berkat anak sulung dari ayahnya. Setelah melakukan tawar-menawar dengan Esau, kakaknya, akhirnya Yakub berhasil mendapatkan berkat dari Ishak, ayahnya. Dengan berkat ini Yakub mendapatkan restu dari orang tuanya untuk berperan sebagai anak sulung di dalam keluarganya. Berkat dari orang tua adalah berkat Allah. Dengan demikian berkat dan janji Allah kepada Ishak diturunkan pada Yakub. Karena berkat Allah inilah maka Yakub menjadi Bapa bangsa Israel. Dari keturunan Yakub lahirlah bangsa Israel yang diberkati Allah. Meskipun cara Yakub mendapatkan berkat dari ayahnya terasa kurang terpuji, namun yang patut kita teladani adalah semangat dan usahanya untuk mendapatkan restu dan berkat dari orang tuanya. 46Sesungguhnya berkat Allah juga telah diberikan pada ayah dan ibu di setiap keluarga. Ayah dan ibu dikuduskan oleh Allah untuk menjadi saluran berkat Allah. Jadi berkat dan restu yang diberikan orang tua pada anaknya sesungguhnya adalah berkat Allah sendiri. Melalui pelajaran ini, peserta didik diharapkan dapat menyadari bahwa sesungguhnya berkat dan doa restu dari orang tuanya adalah berkat Allah sendiri, yang sangat mereka butuhkan. Semoga tumbuh di dalam hati mereka kegemaran untuk meminta berkat dari orang tuanya sebelum melakukan suatu kebaikan yang hendak mereka perjuangkan. Kegiatan Pembelajaran Pembuka Guru mengajak peserta didik mengawali pertemuan dengan berdoa, misalnya Tuhan yang baik, kami gembira karena boleh menerima berkat-Mu melalui ayah dan ibu serta orang yang mendoakan kami. Semoga berkat yang Tuhan berikan 47Pertama lagu dinyanyikan bersama-sama. Kemudian bervariasi, misalnya tampil berkelompok di depan kelas, dengan ekspresi dan gerakan yang sesuai. Langkah Pertama Menggali Pengalaman Hidup 1. Pengamatan Guru mengajak peserta didik mengamati gambar tentang seorang ayah yang memberkati anaknya lihat Buku Siswa hal 17. Kemudian guru membacakan cerita tentang gambar. 48Doa Ayah dan Ibu untuk Tina Sebelum Tina berangkat ke sekolah, Ayah mendoakan Tina dengan memberi tanda salib di dahinya. Tak lupa Ayah menasehati agar Tina belajar dengan tekun, taat pada guru dan rukun dengan teman-teman di sekolah. Demikian juga bila Tina akan bepergian bersama orang lain, Ayah atau Ibu selalu mendoakan Tina dengan memberinya tanda salib. Ayah dan Ibu memohon agar Tuhan melindungi Tina dari segala bahaya. 2. Pendalaman Guru mengajak peserta didik menanggapi gambar dan cerita tentang orang tua yang memberkati anaknya dengan memberi kesempatan bertanya, mengungkapkan perasaannya, atau menceritakan pengalamannya diberi berkat. Jika belum ada peserta didik yang bertanya, guru dapat memulai dengan pertanyaan, misalnya a. Apakah yang dilakukan ayah atau ibunya saat Tina hendak pergi? b. Apakah maksud dari perbuatan ayah atau ibunya itu? c. Pernahkah ayah atau ibumu memberi berkat padamu ? Ceritakan pengalamanmu! d. Apa sajakah yang dikatakan ayah atau ibumu saat memberimu berkat? e. Ceritakan manfaat yang kamu rasakan dari doa atau berkat yang diberikan orang tuamu. 3. Peneguhan Guru memberikan peneguhan berdasarkan pertanyaan, ungkapan perasaan dan pengalaman peserta didik, misalnya Tuhan menyertai setiap anak dengan berkat-Nya. Berkat Tuhan telah diberikan kepada ayah dan ibu kita. Kalau ayah atau ibu mendoakan kita, Tuhan pasti mendengarkan doanya. Karena itu mintalah ayah atau ibumu untuk mendoakan dan memberimu berkat. 494. Penugasan Guru mengajak peserta didik mewarnai gambar, menuliskan judul gambar dan doa. Lihat Buku Siswa hal 18-19. Guru memberi penjelasan tentang gambar, misalnya Pilihlah gambar yang sesuai dengan dirimu, laki-laki atau perempuan dan warnailah. Berilah judul gambar. Di bagian bawah gambar tulislah doamu, mohon agar Tuhan menjaga ayah dan ibu supaya selalu setia menyalurkan berkat Allah untuk anak-anaknya. 5. Peneguhan Guru memberikan peneguhan berdasarkan hasil karya seni dan doa peserta didik, misalnya Ayah dan ibu dipilih Allah untuk menyalurkan berkat pada anak-anaknya. Jika ayah atau ibu memberimu berkat, maka berkat itu adalah berkat Allah sendiri. Bersyukurlah kepada Tuhan karena Ia senantiasa memberimu berkat melalui ayah dan ibumu. Langkah Kedua Menggali Pengalaman Kitab Suci 1. Pengamatan Guru mengajak peserta didik mengamati gambar tentang Yakub di hadapan Ishak, ayahnya, kemudian mendengarkan cerita tentang Yakub diberkati Ishak sebagai anak sulung. lihat Buku Siswa hal 20 Yakub Diberkati Ishak Sebagai Anak Sulung Kejadian 271-40 Ketika Ishak sudah tua dan matanya kabur, ia memanggil Esau, anaknya yang sulung, dan berkata kepadanya, “Anakku!” “Ya, Ayah,” jawab Esau. Ishak berkata, “Engkau tahu bahwa saya sudah tua dan mungkin tidak akan hidup lama lagi. Jadi ambillah busur dan panahmu, pergilah memburu seekor binatang di padang. Masaklah yang enak seperti yang saya sukai, dan bawalah kepada saya. Setelah saya memakannya, akan kuberikan berkatku kepadamu sebelum saya mati.” 50Percakapan Ishak dengan Esau itu didengar oleh Ribka, istri Ishak. Maka setelah Esau berangkat untuk berburu, berkatalah Ribka kepada Yakub, adik Esau “Baru saja saya dengar ayahmu mengatakan kepada Esau begini, Burulah seekor binatang dan masaklah yang enak untukku. Setelah aku memakannya, akan kuberikan berkatku kepadamu di hadapan Tuhan, sebelum aku mati.’ Anakku,” kata Ribka lagi, “dengarkanlah dan lakukanlah apa yang saya katakan ini. Pergilah ke tempat domba kita, dan pilihlah dua anak kambing yang gemuk-gemuk dan saya akan memasaknya menjadi makanan kesukaan ayahmu. Kemudian bawalah kepadanya supaya dimakannya, dan setelah itu ia akan memberikan berkatnya kepadamu sebelum ia meninggal.” Tetapi Yakub berkata kepada ibunya, “Ibu, bukankah badan Esau berbulu, sedangkan badanku tidak? Jangan-jangan ayah meraba badanku dan mengetahui bahwa saya menipunya; nanti ia bukannya memberikan berkat, malahan mengutuki saya.” Ibunya menjawab, “Jangan khawatir, Nak. Biar saya yang menanggung segala kutuknya. Lakukanlah saja apa yang saya katakan. Pergilah ambil kambing-kambing itu.” Maka pergilah Yakub mengambil kambing-kambing itu dan membawanya kepada ibunya, lalu Ribka segera memasak makanan kesukaan Ishak. Kemudian Ribka mengambil pakaian Esau yang paling bagus, yang disimpannya di rumah, lalu dikenakannya pada Yakub. Ia membalutkan juga kulit anak kambing pada lengan dan leher Yakub yang tidak berbulu itu. Lalu diberikannya kepada Yakub masakan yang enak itu dengan roti yang telah dibuatnya. Setelah itu pergilah Yakub kepada ayahnya dan berkata, “Ayah!” “Ya,” jawab Ishak, “Siapa engkau, Esau atau Yakub?”. Jawab Yakub, “Esau, anak ayah yang sulung; pesan ayah sudah saya lakukan. Duduklah dan makanlah daging buruan yang saya bawakan ini, supaya ayah dapat memberkati saya.” Ishak berkata, “Cepat sekali engkau mendapatnya, Nak.” Jawab Yakub, “Karena Tuhan Allah yang disembah ayah telah menolong saya.”. Lalu kata Ishak kepada Yakub, “Marilah dekat-dekat supaya saya dapat merabamu. Benarkah engkau Esau?” Yakub mendekati ayahnya, dan ayahnya itu merabanya serta berkata, “Suaramu seperti suara Yakub, tetapi lenganmu seperti lengan Esau.”. Ishak tidak mengenali Yakub karena lengannya berbulu 51seperti lengan Esau. Tetapi pada saat Yakub hendak diberkatinya, Ishak masih bertanya sekali lagi, “Benarkah engkau Esau?” “Benar,” jawab Yakub. Lalu berkatalah Ishak, “Berilah saya daging itu. Setelah saya makan akan saya berikan berkat saya kepadamu.” Yakub memberikan daging itu kepadanya dan juga sedikit anggur untuk diminum. Lalu berkatalah ayahnya kepadanya, “Marilah lebih dekat lagi, Nak, dan ciumlah saya.” Ketika Yakub mendekat untuk mengecupnya, Ishak mencium bau pakaian Esau, lalu memberkati Yakub. Kata Ishak, “Bau sedap anak saya seperti bau padang yang telah diberkati Tuhan. Semoga Allah memberikan kepadamu embun dari langit, dan membuat ladang-ladangmu subur! Semoga Dia memberikan kepadamu gandum dan anggur berlimpah-limpah! Semoga bangsa-bangsa menjadi hambamu, dan suku-suku bangsa takluk kepadamu. Semoga engkau menguasai semua sanak saudaramu, dan keturunan ibumu sujud di hadapanmu. Semoga terkutuklah semua orang yang mengutuk engkau dan diberkatilah semua orang yang memberkati engkau.” Segera sesudah Ishak memberikan berkatnya dan Yakub pergi. Esau, kakaknya, pulang dari berburu. Dia juga memasak makanan yang enak lalu membawanya kepada ayahnya, katanya, “Duduklah, Ayah, dan makanlah daging yang saya bawa untuk Ayah, supaya Ayah dapat memberkati saya.” “Siapa engkau?” tanya Ishak. “Esau anak Ayah yang sulung,” jawabnya. Ishak mulai gemetar seluruh tubuhnya, dan dia bertanya, “Jika begitu, siapa yang telah memburu binatang dan membawanya kepada saya tadi? Saya telah memakannya sebelum engkau tiba. Lalu saya telah berikan berkat saya yang terakhir kepadanya, dan kini berkat itu menjadi miliknya selama-lamanya.” Setelah Esau mendengar itu, dia menangis dengan nyaring dan penuh kepedihan, lalu katanya, “Berkatilah saya juga, Ayah!” Ishak berkata, “Adikmu telah datang kemari dan menipu saya. Dia telah mengambil berkat yang sebetulnya akan saya berikan kepadamu.” Esau berkata, “Inilah kedua kalinya dia menipu saya. Pantas namanya Yakub. Dia telah mengambil hak saya sebagai anak sulung, dan sekarang ia mengambil juga berkat untuk saya. Apakah Ayah tidak mempunyai berkat lain bagi saya?” 52Ishak menjawab, “Saya telah menjadikan dia tuanmu, dan semua sanak saudaranya saya jadikan hambanya. Saya telah memberikan kepadanya gandum dan anggur. Sekarang tidak ada apa-apa lagi yang dapat saya lakukan untukmu, Nak!” Esau tidak mau berhenti memohon kepada ayahnya, “Apakah Ayah hanya mempunyai satu berkat saja? Berkatilah saya juga, Ayah!” Lalu mulailah dia menangis lagi. Kemudian Ishak berkata kepadanya, “Tidak akan ada embun dari langit bagimu, tidak akan ada ladang yang subur untukmu. Engkau akan hidup dari pedangmu, namun menjadi hamba adikmu, tetapi bila engkau memberontak, engkau akan lepas dari kuasanya.” 2. Pendalaman Guru mengajak peserta didik untuk menanggapi cerita Kitab Suci tentang Ishak yang memberkati Yakub sebagai Anak Sulung, dengan cara bertanya, mengungkapkan perasaannya atau menceritakan pengalamannya. Jika belum ada peserta didik yang bertanya, guru dapat memulai dengan pertanyaan, misalnya a. Ceritakan apa yang dilakukan Yakub untuk mendapatkan berkat dari ayahnya. b. Apa manfaat dari berkat yang didapatkan Yakub? c. Ceritakan pengalamanmu, siapa saja yang pernah memberi berkat padamu ? d. Apa gunanya berkat yang kamu terima itu? 3. Peneguhan Guru memberikan peneguhan berdasarkan pertanyaan, ungkapan perasaan dan pengalaman peserta didik, misalnya Berkat yang diterima Yakub dari ayahnya adalah berkat Tuhan. Karena berkat itu Yakub mendapatkan banyak keturunan, kemakmuran yang melimpah, dan perlindungan Allah. Berkat yang kita terima dari orang tua kita adalah berkat Tuhan. Karena itu mintalah selalu berkat dari ayah dan ibumu. 53Langkah Ketiga Refleksi dan Aksi 1. Refleksi Guru mengajak peserta didik untuk membandingkan pengalamannya dengan pengalaman Kitab Suci, misalnya • Apakah saya sudah terbiasa meminta berkat dari ayah atau ibu? 2. Aksi Guru mengajak peserta didik untuk meminta berkat dari ayah atau ibunya pada saat hendak ke sekolah atau melaksanakan suatu kegiatan di luar rumah. Penutup Guru memberi rangkuman dengan mengajak peserta didik untuk mengingat kembali gagasan yang menjadi inti pewartaan, dan menutup pelajaran dengan doa. Rangkuman Guru memberikan rangkuman atas pelajaran ini, misalnya • Esau sebagai anak sulung seharusnya dialah yang berhak menerima berkat dari Ishak, ayahnya • Namun Yakub merebut berkat itu dengan menyamar sebagai Esau. • Berkat yang diterima Yakub dari ayahnya adalah berkat Tuhan. • Berkat Tuhan memberi Yakub banyak keturunan, kemakmuran yang melimpah dan perlindungan Allah. • Tuhan telah memberi berkat-Nya juga kepada orang tua kita. • Ayah dan ibu telah dipilih Tuhan untuk menyalurkan berkat pada anak-anaknya. • Berkat yang kita terima dari orang tua kita adalah berkat Tuhan. Doa Guru mengajak peserta didik untuk menutup pelajaran dengan berdoa, misalnya Tuhan yang baik, terima kasih karena Engkau telah memberi berkat padaku. Semoga berkat Mu membuatku menjadi anak 54Penilaian 1. Penilaian Sikap Religius/Spiritual • Teknik Observasi langsung • Pedoman Observasi Sikap Spiritual Petunjuk Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap spiritual peserta didik Berilah tanda cek √ pada kolom skor sesuai sikap spiritual yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut 4 = Selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan. 3 = Sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan. 2 = Kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan. 1 = Tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan. Nama Peserta Didik ... Kelas ... Tanggal Pengamatan ... Materi Pokok ... No. Aspek Pengamatan Skor 1 2 3 4 1. Berdoa dengan khusuk sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran. 2. Bersikap hormat pada saat membaca atau mendengar pembacaan Kitab Suci 3. Menyebutkan nama Tuhan dengan penuh hormat tidak mempermainkan nama Tuhan 4. Aktif mengungkapkan pendapatnya yang berkaitan dengan tema pembelajaran 5. Hormat terhadap guru, karyawan sekolah sebagai perwujudan iman dalam hidupnya. Jumlah Skor Total skor yang diperoleh 55Petunjuk Penskoran Jumlah skor maksimal 5 x 4 = 20 Perhitungan skor akhir menggunakan rumus Skor yang diperoleh - X 4 = Skor akhir Skor maksimal 2. Penilaian Pengetahuan Tes tertulis No. Kompetensi Dasar Indikator No. Soal Bentuk Soal Skor Mengenal karya keselamatan Allah yang dialami oleh tokoh-tokoh Perjanjian Lama seperti Yakub, Yusuf dan Musa dan Tokoh Perjanjian Baru Yohanes Pembabtis Menceritakan kisah Yakub yang menerima berkat anak sulung dari Ishak, ayahnya Menceritakan pengalamannya menerima berkat Allah melalui orang tua dan rohaniwan Menjelaskan manfaat dari berkat Allah yang diterimanya 1 Isian 8 2 Isian 8 3 Isian 8 4 Isian 8 5 Isian 8 1 Uraian 12 2 Uraian 12 3 Uraian 12 4 Uraian 12 5 Uraian 12 56Butir Soal A. Isilah dengan jawaban yang tepat! 1. Nama ayah dan ibu Yakub... Saudara sulung Yakub namanya... 2. Saudara sulung Yakub bekerja sebagai... 3. Yang biasa memberi berkat padaku... 4. Berkat yang kita terima berasal dari... B. Jawablah dengan tepat! 1. Apa arti berkat ayah bagi anak sulung? 2. Apa yang dilakukan Yakub untuk mendapatkan berkat dari ayahnya 3. Apa yang didapatkan Yakub setelah menerima berkat Tuhan dari ayahnya? 4. Untuk apakah berkat orang tua yang kita terima saat hendak ke sekolah? 5. Tulislah pengalamanmu mendapatkan berkat dari orang tuamu atau dari Pastor dan bagaimana perasaanmu setelah menerima berkat. 3. Penilaian Keterampilan Buatlah wawancara dengan orang tuamu. Tanyakan apa saja yang biasanya mereka minta pada Tuhan saat mendoakan anak-anaknya; apa saja yang mereka pikirkan saat memberi berkat atau membuat tanda salib di kepala anaknya. Laporkan hasil wawancaramu kepada gurumu. 3. Pengayaan Bagi peserta didik yang telah memahami pelajaran ini, diberikan pengayaan berupa tugas membuat doa syukur kepada Tuhan atas berkat yang telah diterimanya, misalnya “Ya Tuhan, kami bersyukur atas berkat Tuhan yang telah kami terima melalui orang tua dan para imam. Terima kasih karena berkat Tuhan telah melindungi kami dari marabahaya dan memberi damai di hati. Amin.“ 57Remedial Bagi peserta didik yang belum memahami pelajaran ini, diberikan remedial dengan kegiatan 1. Guru mengajak peserta didik menyebutkan hal-hal yang belum mereka pahami. 2. Berdasarkan hal-hal yang belum mereka pahami, guru mengajak peserta didik untuk mempelajari kembali dengan memberikan bantuan dan peneguhan yang lebih praktis. 3. Guru memberikan penilaian ulang untuk penilaian pengetahuan dengan pertanyaan yang lebih sederhana, misalnya a. Nama ayah Yakub adalah ... a. Esau b. Ishak c. Abraham b. Nama ibu Yakub ... a. Ribka b. Hana c. Elisabet c. Kakak sulung Yakub bernama ... a. Ishak b. Esau c. Ruben d. Ayah Yakub ingin memberi berkatnya kepada... a. Ribka b. Yakub c. Esau e. Selain sudah sangat tua, ayah Yakub juga menderita ... a. Sakit jantung b. lumpuh c. buta f. Yakub berusaha mendapatkan berkat ayahnya dengan cara... a. menyamar sebagai Esau b. memaksa ayahnya c. membujuk ibunya g. Sebelum menerima berkat, Yakub memberi ayahnya ... a. uang b. makanan c. hadiah h. Setelah menerima berkat Yakub berperan dalam keluarganya sebagai anak ... a. sulung b. bungsu c. angkat i. Yang biasa memberi aku berkat di rumah ... a. kakak b. ayah dan ibu c. adik j. Berkat yang kuterima berasal dari ... 58B. Kisah Yusuf Kompetensi Inti 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangganya . 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati mendengar, melihat, membaca dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah. 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. Kompetensi Dasar Menerima karya keselamatan Allah yang dialami oleh tokoh-tokoh Perjanjian Lama, Yakub, Yusuf, Musa dan tokoh-tokoh Perjanjian Baru Yohanes Pembaptis. Menunjukkan kepercayaannya akan karya keselamatan Allah yang dialami oleh tokoh-tokoh Perjanjian Lama, Yakub, Yusuf, Musa dan tokoh Perjanjian Baru Yohanes Pembaptis. Mengenal karya keselamatan Allah yang dialami oleh tokoh-tokoh Perjanjian Lama, seperti Yakub, Yusuf, Musa dan tokoh-tokoh Perjanjian Baru Yohanes Pembaptis. Meneladani tindakan baik tokoh-tokoh Perjanjian Lama, sepertiYakub, Yusuf, Musa dan tokoh Perjanjian Baru Yohanes Pembaptis. Indikator 1. Menceritakan kisah hidup Yusuf yang menderita hingga menjadi penguasa di Mesir. 2. Menjelaskan bahwa prestasi diraih dengan kerja keras dan keteguhan hati dalam menghadapi berbagai kesulitan dan cobaan dengan pertolongan Tuhan. 3. Menulis doa mohon agar Tuhan memberi ketabahan dalam 59Bahan Kajian 1. Kisah hidup Yusuf hingga menjadi penguasa di Mesir. 2. Prestasi diraih dengan kerja keras dan keteguhan hati dalam menghadapi berbagai kesulitan dan cobaan dengan pertolongan Tuhan. 3. Doa permohonan agar Tuhan memberi ketabahan dalam menghadapi cobaan dan kesulitan. Sumber Belajar 1. Komkat KWI 2010. Menjadi Sahabat Yesus. Pendidikan Agama Katolik untuk SD kelas Kanisius 2. Pengalaman peserta didik dan guru 3. Lembaga Alkitab Indonesia, 2004. Alkitab. Jakarta Lembaga Alkitab Indonesia. Pendekatan Kateketis dan saintifik Metode Pengamatan gambar, tanya jawab, penugasan Waktu 4 Jam Pelajaran. Jika pelajaran ini dilaksanakan dalam dua kali pertemuan atau lebih secara terpisah, maka pelaksanaannya diatur oleh guru Pemikiran Dasar Meraih prestasi dan mendapatkan kedudukan istimewa adalah dambaan setiap peserta didik. Prestasi tidak datang dengan sendirinya, melainkan dicapai melalui perjuangan yang panjang. Banyak kesulitan dan tantangan yang harus dihadapi. Untuk itu kita harus bekerja keras dengan semangat juang yang tinggi, memiliki keteguhan hati dalam menjalani berbagai kesulitan dan cobaan, dan yang sangat penting adalah kerendahan hati untuk setia menuruti rencana Tuhan. Dalam Kitab Kejadian 41 1-57 dikisahkan tentang perjalanan hidup Yusuf yang mengalami berbagai cobaan dan penderitaan sebelum ia berhasil menjadi penguasa di Mesir. Ia tabah menghadapi berbagai kesulitan. Ia yakin bahwa Tuhan mempunyai rencana baik untuknya. Karena itu ia mengerahkan seluruh kemampuan dirinya untuk bertahan dalam cobaan dan penderitaannya. Ketika waktunya 60menunjukkan kemampuan dirinya menafsirkan mimpi Raja Firaun. Dan hasilnya luar biasa, ia mendapatkan kehormatan dari Raja Firaun untuk menjadi penguasa di Mesir. Melalui pelajaran ini, peserta didik diharapkan mampu membangkitkan semangat juangnya dalam menghadapi setiap kesulitan dan cobaan hidupnya. Hendaknya mereka memiliki semangat dan ketabahan hati untuk menghadapi setiap kesulitan atau cobaan yang dialaminya di sekolah atau di mana pun mereka berada. Sebab kesulitan dan cobaan itulah yang akan membuat mereka menjadi manusia tangguh yang siap meraih sukses. Semoga mereka memiliki keteguhan hati untuk meneladani semangat hidup Yusuf yang senantiasa mengandalkan campur tangan Tuhan dalam menghadapi kesulitan dan cobaan hidupnya. Pertama lagu dinyanyikan bersama-sama. Kemudian bervariasi, misalnya tampil berkelompok di depan kelas, dengan ekspresi dan gerakan yang sesuai. 61Kegiatan Pembelajaran Pembuka Guru mengajak peserta didik memulai pelajaran dengan berdoa dan bernyanyi, misalnya Tuhan yang Mahabaik Ajarilah kami untuk menggunakan kemampuan yang telah Engkau berikan pada kami, agar dapat mengatasi setiap kesulitan dan cobaan yang kami hadapi di dalam hidup ini. Amin Langkah Pertama Menggali Pengalaman Hidup 1. Pengamatan Guru mengajak peserta didik mengamati gambar tentang anak-anak yang berlomba memanjat jaring lihat Buku Siswa hal 25 . Kemudian guru memberi pengantar tentang gambar, misalnya Lomba memanjat jaring adalah suatu permainan yang menantang setiap peserta untuk mengatasi rintangan. Dalam hal ini kita harus berani menghadapi tantangan; harus ada semangat juang yang tinggi, dan tidak ceroboh, seperti yang ditunjukkan oleh anak yang berhasil mencapai puncak jaring. 2. Pendalaman Guru mengajak peserta didik menanggapi gambar tentang anak-anak yang berlomba memanjat jaring dengan bertanya, menyatakan pendapatnya, atau menceritakan pengalamannya yang serupa. Jika belum ada peserta didik yang bertanya, guru dapat memulai dengan pertanyaan, misalnya a. Mengapa anak yang satu bisa mencapai puncak jaring sedangkan anak yang lain hanya berada di bawah jaring? b. Bagaimana pendapatmu tentang pernyataan anak yang duduk di bawah jaring itu “Ah...malas...takut jatuh...” ? c. Ceritakan pengalamanmu berjuang mengatasi kesulitan atau cobaan dalam meraih suatu prestasi. d. Apa saja yang harus kamu lakukan agar berhasil mengatasi kesulitan atau cobaan? 623. Peneguhan Guru memberikan peneguhan berdasarkan pertanyaan, pendapat dan pengalaman peserta didik, misalnya Setiap orang yang mau meraih suatu prestasi akan menghadapi kesulitan atau cobaan. Untuk itu ia harus berani dan tabah dalam menghadapi kesulitan atau cobaan. Sebaliknya orang yang mudah menyerah akan mengalami kegagalan. Tuhan memberi kita kemampuan untuk mengatasi kesulitan dan cobaan. Karena itu janganlah mudah menyerah. Bertahanlah dan teruslah berjuang hingga mencapai suksesmu! 4. Penugasan pliW.
  • 7grge6d9jr.pages.dev/365
  • 7grge6d9jr.pages.dev/261
  • 7grge6d9jr.pages.dev/16
  • 7grge6d9jr.pages.dev/260
  • 7grge6d9jr.pages.dev/136
  • 7grge6d9jr.pages.dev/252
  • 7grge6d9jr.pages.dev/198
  • 7grge6d9jr.pages.dev/286
  • 7grge6d9jr.pages.dev/176
  • mewarnai gambar perbuatan baik dan buruk